2017
DOI: 10.31004/cendekia.v1i2.20
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Pengembangan LKS Berbasis Rme Dengan Pendekatan Problem Solving Untuk Memfasilitasi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

Abstract: Penelitian ini merupakan model penelitian pengembangan (R & D) yang bertujuan untuk mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis Realistic Mathematics Education (RME) dengan pendekatan pemecahan masalah yang valid dan praktis untuk memfasilitasi kemampuan pemecahan masalah matematissiswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 012 KP. Panjang Airtiris. Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa bahan ajar LKS dengan materi Operasi Hitung Bilangan, Pengukuran dan Hubungan Antarsatuanberbasis RME dengan … Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1
1

Citation Types

0
9
0
17

Year Published

2019
2019
2024
2024

Publication Types

Select...
8
2

Relationship

0
10

Authors

Journals

citations
Cited by 28 publications
(26 citation statements)
references
References 3 publications
0
9
0
17
Order By: Relevance
“…In fact, it was hard for students to deal with mathematics multiplication and division assignments (Maharani, 2017;Harnanto, 2016) and identify geometrical shapes (Buchori & Rahmawati, 2017;Muharram, 2017). This seems to be the case due to the lack of higher-order thinking skills and mathematical literacy, such as reasoning and problem solving (Hidayat & Irawan (2017) and metacognition (Amir, 2018). Furthermore, students acknowledged that mathematics is a difficult (Afrizal, 2015), scary (Fathurrohman et al, 2016), full-of-formula-memorizing (Wulandari & Mawardi, 2018), and boring (Desyandri et al, 2019) subject.…”
Section: Underlying Problemsmentioning
confidence: 99%
“…In fact, it was hard for students to deal with mathematics multiplication and division assignments (Maharani, 2017;Harnanto, 2016) and identify geometrical shapes (Buchori & Rahmawati, 2017;Muharram, 2017). This seems to be the case due to the lack of higher-order thinking skills and mathematical literacy, such as reasoning and problem solving (Hidayat & Irawan (2017) and metacognition (Amir, 2018). Furthermore, students acknowledged that mathematics is a difficult (Afrizal, 2015), scary (Fathurrohman et al, 2016), full-of-formula-memorizing (Wulandari & Mawardi, 2018), and boring (Desyandri et al, 2019) subject.…”
Section: Underlying Problemsmentioning
confidence: 99%
“…al. (2017, Hartono & Noto (2017), Hidayat & Irawan (2017), Wahyuningsih (2018), bahwa pengembangan bahan ajar, buku ajar, e-modul atau modul berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dan kemampuan berpikir kritis siswa. Lebih lanjut, analisis dilakukan berdasarkan tuntutan kompetensi dalam pembelajaran matematika, salah satunya adalah kemampuan pemecahan masalah matematika yang harus dimiliki oleh mahasiswa.…”
Section: Pembahasanunclassified
“…Menurut Anugrahana (2019) modul adalah panduan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang mencakup isi materi, metode, dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri. Oleh karena itu, sebuah modul harus berisi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dan mampu membuat siswa merasakan pembelajaran yang bermakna (Hidayat, 2017). Berdasarkan pengertian yang telah diuraikan, maka disimpulkan bahwa modul adalah sebuah paket program belajar alternatif yang terencana dan didesain guna menyokong siswa dalam menyempurnakan tujuan tertentu yang dapat dipelajari secara individu dengan bantuan terbatas dari guru atau orang lain sehingga mampu membuat siswa merasakan pembelajaran yang bermakna.. (2014) menyatakan bahwa terdapat kelebihan pembelajaran dengan modul yaitu (a) modul dapat memberikan umpan balik sehingga pebelajar mengetahui kekurangan mereka dan segera melakukan perbaikan, (b) dalam modul ditetapkan tujuan pembelajaran yang jelas sehingga kinerja siswa belajar terarah dalam mencapai tujuan pembelajaran, (c) modul yang didesain menarik, mudah untuk dipelajari, dan dapat menjawab kebutuhan tentu akan menimbulkan motivasi siswa untuk belajar, (d) modul bersifat fleksibel karena materi modul dapat dipelajari oleh siswa dengan cara dan kecepatan yang berbeda, (e) kerjasama dapat terjalin karena dengan modul persaingan dapat diminimalisir dan antara pebelajar dan pembelajar, dan (f) remidi dapat dilakukan karena modul memberikan kesempatan yang cukup bagi siswa untuk dapat menemukan sendiri kelemahannya berdasarkan evaluasi yang diberikan.…”
unclassified