2019
DOI: 10.24036/scs.v6i1.135
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Pengembangan Desa Wisata Berbasis Partisipasi Masyarakat Lokal Di Desa Teluk Bakau, Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten Bintan

Abstract: Pengembangan desa wisata membutuhkan partisipasi masyarakat lokal dalam keseluruhan tahap pengembangan mulai tahap perencanaan, implementasi, dan pengawasan. Akan tetapi, dalam realitas sering terjadi pengabaian partisipasi masyarakat. Penelitian ini bertujuan mengkaji keterlibatan masyarakat lokal dalam pengembangan desa wisata dan merumuskan model pengembangan desa wisata yang mengedepankan partisipasi masyarakat lokal. Penelitian dalam tulisan ini dilakukan di desa wisata Teluk Bakau, Kecamatan Gunung Kijan… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
3
1

Citation Types

0
1
0
3

Year Published

2019
2019
2022
2022

Publication Types

Select...
7

Relationship

0
7

Authors

Journals

citations
Cited by 8 publications
(4 citation statements)
references
References 1 publication
0
1
0
3
Order By: Relevance
“…Kecamatan Gunung Kijang adalah sebuah wilayah di Pulau Bintan yang terdiri dari 20 pulau. Wilayahnya memiliki luas 4.803.155 kilometer persegi, luas daratan 376.545 kilometer persegi (7,84%), dan luas laut 4.426,61 kilometer persegi (92,16%) (Husni & Safaat, 2019). Dari segi luas, subarea Gunung Kijang merupakan subarea yang luas lautannya lebih besar dari daratan, sehingga subarea tersebut kemungkinan besar akan terkena dampak kenaikan muka air laut, dan sebagian daratan akan terendam (Nofrizal, 2017).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Kecamatan Gunung Kijang adalah sebuah wilayah di Pulau Bintan yang terdiri dari 20 pulau. Wilayahnya memiliki luas 4.803.155 kilometer persegi, luas daratan 376.545 kilometer persegi (7,84%), dan luas laut 4.426,61 kilometer persegi (92,16%) (Husni & Safaat, 2019). Dari segi luas, subarea Gunung Kijang merupakan subarea yang luas lautannya lebih besar dari daratan, sehingga subarea tersebut kemungkinan besar akan terkena dampak kenaikan muka air laut, dan sebagian daratan akan terendam (Nofrizal, 2017).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Seperti yang telah dilakukan Nurvantina et al, (2018) dalam pengelolaan Kampung Wisata Kreatif Eco Bambu menyatakan mereka sudah melakukan upaya dalam pelaksanaan program CBT, meskipun program tersebut tidak melibatkan semua masyarakat Desa Ciumbuleuit. Kemudian penelitian terkait pengembangan kota yang memiliki sumber daya tambang yang terbatas menjadi kota wisata yang berbudaya dan memberikan dampak kehidupan sosial dan perekonomian masyarakat (Syafrini, Nurdin, Sugandi, & Miko, 2018), model tata kelola pengembangan CBT, di mana pemerintah sebagai fasilitator dan regulator, swasta sebagai pengembang dan investor, dan masyarakat sebagai pelaksana atau subjek pembangunan (Husni & Safaat, 2019). Bahkan di Jawa Barat secara khusus, sudah terdapat beberapa penelitian dengan konteks CBT dari sudut pandang ekonomi kerakyatan (Oktini, 2007); potensi daya tarik wisata pedesaan (Susyanti & Latianingsih, 2013;Muftiadi, 2017;Andriani et al, 2018); pengembangan geowisata berbasis masyarakat (Darsiharjo, 2016); dan lain sebagainya.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Pariwisata merupakan sebuah industri yang perkembangannya kian pesat setiap tahunnya (Husni, A, 2019). Pariwisata merupakan suatu hal yang penting bagi suatu negara terutama pemerintah daerah tempat objek wisata itu berada (Antoro, 2014).…”
Section: Pendahuluanunclassified