Pengaruh Vacuum Evaporator & Vacuum Dryer dalam Produksi DekstrosaMonohidrat Berbasis Tapioka Off-gradeDE

Abstract

Singkong (ubi kayu) merupakan salah satu tanaman penghasil pati yang tersedia melimpah di Indonesia. Namun tingginya produksi singkong belum termanfaatkan dengan baik, salah satu hasil olahan singkong adalah tapioka. Tapioka khususnya jenis off-grade yang memiliki daya jual rendah dapat didiversifikasi menjadi dektrose monohydrate untuk meningkatkan harga jualnya. Tujuan penelitian ini yaitu menentukan kondisi optimum dari proses evaporasi dan pengeringan dengan alat vacuum dalam pembuatan dekstrose monohydrate berbasis tapioca off-grade yang memenuhi SNI. Faktor peubah pertama yaitu waktu pemekatan sirup glukosa (60,90,120,150,180 menit), faktor peubah kedua adalah tekanan (60,70 cmHg) dan waktu (5,10,15,20,25 menit) pada proses pengeringan kristal dekstrose monohydrate. Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil pada proses pemekatan sirup glukosa dengan vacuum evaporator di suhu 70oC dan tekanan 20 cmHg dapat mencapai kadar 72 brix pada waktu 150 menit. Lalu pada proses pengeringan dekstrose monohydrate dengan vacuum drying pada suhu 60oC dapat mengeringkan hingga kadar dibawah standart yang paling baik yaitu sebesar 4,44% pada tekanan 70 cmHg selama 15 menit dengan kadar gula pereduksi 85,49%

Pengolahan Pati Rumbia menjadi Serbuk Glukosa secara Hidrolisis Enzimatis dengan Variasi Perbandingan Pati dan Air, Suhu Evaporasi, dan Suhu Pengeringan

“…Hasil yang diperoleh dari penelitiannya menunjukkan bahwa proses pemekatan sirup glukosa dengan vacuum evaporator pada suhu 70 °C dengan tekanan 20 cmHg mampu mencapai kadar 72 brix dalam waktu 150 menit. Selain itu, proses pengeringan glukosa dengan vacuum drying pada suhu 60 °C dapat memperoleh kadar air yang paling baik, yaitu sebesar 4,44% pada tekanan 70 cmHg selama 15 menit dengan kadar gula pereduksi 85,49% [8].…”

“…Hal ini disebabkan oleh jumlah total padatan selain gula pereduksi yang meningkat akibat penggunaan konsentrasi pati yang lebih besar daripada variasi perbandingan yang lainnya [7]. Peningkatan nilai brix yang terjadi juga menunjukkan adanya aktivitas enzim yang tinggi pada proses hidrolisis [8]. Pada penelitian Permanasari dkk (2018), substrat yang memiliki perbandingan pati dan air rendah dengan konsentrasi substrat 40% mempunyai kadar brix yang lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi yang lainnya (10%, 20%, dan 30%), yakni menghasilkan kadar brix sebesar 22% [10].…”

“…Hal ini ditujukan untuk membandingkan kadar brix yang dicapai sebelum kristalisasi menggunakan evaporasi atmosferik dengan penelitian terdahulu yang menggunakan evaporasi vakum, seperti pada penelitian Rahman dkk (2021). Sirup glukosa dievaporasi vakum hingga mencapai kadar brix pada rentang 68% -72% sebelum dilanjutkan ke proses kristalisasi menggunakan crystallizer [8]. Pada penelitian ini, sirup glukosa dievaporasi pada suhu 100 °C dan 115 °C dan dianalisis kadar brixnya secara berkala.…”

“…Hal tersebut menunjukkan bahwa sirup glukosa hasil evaporasi atmosferik dan evaporasi vakum memiliki kadar brix yang sama, tetapi keviskosan larutan yang dihasilkan dapat berbeda karena faktor-faktor lain yang mempengaruhi keviskosannya, seperti kondisi evaporasi. Evaporasi vakum dilakukan pada kondisi tekanan yang lebih rendah dapat mempengaruhi struktur molekuler dan kristalisasi zat terlarut menghasilkan produk yang lebih padat atau mengkristal lebih baik pada brix yang sama dengan hasil evaporasi atmosferik [8].…”

“…Suhu pengeringan optimal yang diperoleh adalah 70 °C dengan kadar air terendah sebesar 3,60%. Parameter kadar air serbuk glukosa memiliki persyaratan SNI <9% [8]. Pada penelitian ini, kadar air telah memenuhi persyaratan.…”