Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dalam Meningkatkan Hasil Belajar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dan peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Instrumen yang digunakan berupa lembaran observasi, tes hasil belajar dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus pertama hasil observasi guru rata-rata 64,16% dikategorikan cukup, sedangkan pada siklus kedua rata-rata 85,83% kategori baik. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus pertama rata-rata sebesar 57,93% kategori cukup dan pada siklus kedua rata-rata 82,62% tergolong baik. Pada siklus pertama rata-rata hasil belajar siswa 67,92 tergolong cukup, dan pada siklus kedua rata-rata hasil belajar pada mata pelajaran IPS meningkat menjadi 83 tergolong baik. Persentase ketuntasan belajar siswa siklus pertama 56% dan pada siklus kedua sebesar 84%. Dengan demikian, peneliti menyimpulkan bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray di SMP Negeri 2 Susua Tahun Pelajaran 2020/2021.

Analisis Metode Pembelajaran Inquiry Terbimbing Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

“…Hasil belajar adalah kemampuan -kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya Sudjana, dalam (Laia & Harefa, 2022). Menurut benyamin Bloom Sudjana dalam (Harefa, 2020) "hasil belajar dapat dibagi menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris".…”

Eksperimentasi Model Pembelajaran Make A Match (MM) dan Two Stay Two Stray (TSTS) ditinjau dari Kecerdasan Emosional (EQ)

“…Peserta didik secara rutin bekerja dalam grup untuk saling membantu memecahkan masalah yang rumit. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif (Harefa et al, 2022). Model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk bekerja sama dengan peserta didik lain.…”

“…Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray antara lain dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan, kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna, lebih berorientasi pada keaktifan, membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar. Namun model ini juga memiliki kelemahan yaitu membutuhkan waktu yang lama, siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok, guru membutuhkan banyak persiapan (materi, dana, dan tenaga), guru juga cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas (Laia & Harefa, 2022).…”