Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan suhu dan salinitas terhadap pertumbuhan post larva udang vaname (Litopenaeus vannamei). Penelitian ini menggunakan 4 perlakuan dan 3 ulangan. perlakuan A Salinitas 5 ppt pada suhu 26°C, Perlakuan B Salinitas 10 ppt pada suhu 28°C, Perlakuan C Salinitas 15 ppt pada suhu 30°C, Perlakuan D Kontrol (suhu dan salinitas tidak dikontrol). Benih udang PL 17 di tebar pada wadah berupa ember dengan kepadatan 10 ekor/ember. Parameter yang diamati adalah laju pertumbuhan udang vaname, tingkat kelangsungan hidup (SR) dan kualitas air. Pertumbuhan mutlak udang vaname diukur selam 2 kali yaitu pada awal dan akhir penelitian. Hasil uji ANOVA menunjukan bahwa F hitung (14,19) >F Tabel 5% (5,13) dan F Tabel 1% (10,95) artinya perlakuan memberikan pengaruh nyata. Hasil uji BNT menyatakan bahwa nilai pertumbuhan berat mutlak pada perlakuan A memberikan nilai pertumbuhan yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan B dan berbeda sangat nyata dengan nilai pertumbuhan pada perlakuan C. Pada perlakuan C (salinitas 15 ppt pada suhu 30 o C) menghasilkan pertumbuhan terbaik yaitu 0,23 gram, ini terjadi kerena kemampuan udang vaname menyerap air saat pergantian kulit (molting). Sedangkan perlakuan terendah terdapat pada perlakuan A dan B dengan nilai rata-rata 0,05 gram. Pada perlakuan kontrol (tanpa perlakuan salinitas dan suhu) dengan nilai 0,67 gram, hal tersebut berkaitan dengan kondisi suhu dan salinitas selama kegiatan budidaya pada perlakuan kontrol yang terbilang normal dengan kisaran suhu 28 o C dan salinitas 32 ppt. Tingkat kelulushidupan benih udang vaname tertinggi pada perlakuan C (salinitas 15 ppt pada suhu 30 o C) yaitu 86,7%, sedangkan yang terendah pada perlakuan B (salinitas 10 ppt pada suhu 28 o C) yaitu 73,3%. Rendahnya kelulushidupan pada perlakuan B dipengaruhi udang vaname tidak dapat mentolerir salinitas yang rendah yang mengakibatkan lambatnya proses molting. Kualitas air penelitian layak untuk media pemeliharaan benih udang vaname, yakni pH 6,