2021
DOI: 10.33024/jkpm.v4i4.3268
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Pemeriksaan Kelainan Refraksi

Abstract: ABSTRAK Kelainan refraksi merupakan penyebab low vision atau penglihatan terbatas terbanyak kedua setelah katarak dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Penglihatan merupakan jalur informasi utama dan faktor yang penting dalam proses belajar. Kemampuan penglihatan berkembang optimal sampai usia 9 tahun, sehingga keterlambatan dalam koreksi refraksi dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan menyerap materi pembelajaran. Hal tersebut menghambat potensi untuk mengemban… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
3

Citation Types

0
0
0
3

Year Published

2021
2021
2023
2023

Publication Types

Select...
2

Relationship

0
2

Authors

Journals

citations
Cited by 2 publications
(3 citation statements)
references
References 2 publications
0
0
0
3
Order By: Relevance
“…2 Miopia, astigmatisme miopia simpleks, astigmatisme miopia kompleks, astigmatisme mikstus dan hipermetropia merupakan contoh dari kelainan refraksi. 3 Menurut data vision 2020, program kerjasama antara International Agency for the Prevention of Blindness (LAPB) dan World Health Organization (WHO), menyatakann tahun 2006 kemungkinan 153 juta orang di seluruh dunia mengalami gangguan visus yang disebabkan oleh kelainan refraksi mata tidak dikoreksi. 4 153 juta orang tersebut sedikitnya 13 juta diantaranya merupakan anak dengan usia 5-15 tahun yang merupakan prevalensi tertinggi yang terjadi di Asia Tenggara WHO, pada tahun 2020.…”
Section: Pendahuluanunclassified
See 1 more Smart Citation
“…2 Miopia, astigmatisme miopia simpleks, astigmatisme miopia kompleks, astigmatisme mikstus dan hipermetropia merupakan contoh dari kelainan refraksi. 3 Menurut data vision 2020, program kerjasama antara International Agency for the Prevention of Blindness (LAPB) dan World Health Organization (WHO), menyatakann tahun 2006 kemungkinan 153 juta orang di seluruh dunia mengalami gangguan visus yang disebabkan oleh kelainan refraksi mata tidak dikoreksi. 4 153 juta orang tersebut sedikitnya 13 juta diantaranya merupakan anak dengan usia 5-15 tahun yang merupakan prevalensi tertinggi yang terjadi di Asia Tenggara WHO, pada tahun 2020.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Sehingga dapat menurunkan angka kecerdasan yang dikarenakan 30% informasih diserap melalui indra penglihatan dan indra pendengaran. 3,9 Dampak lain dari kelainan refraksi yang tidak terkoreksi adalah ambliopia yang mana menurut WHO sekitar 1,3%-3,6% anak-anak mengalami kehilangan penglihatan akibat ambliopia.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Salah satunya berpengaruh pada sistem indera penglihatan. Kebiasaan buruk yang dilakukan dapat mempengaruhi lambatnya pertumbuhan refraksi mata sehingga berefek pada kejadian myopia atau rabun jauh 13 . Sebuah penelitian menyebutkan bahwa prevalensi kelianan mata myopia disebabkan oleh kebiasaan buruk seperti tingginya frekuensi penggunaan computer, bermain gadget, dan media elektronik lainnya 14 .…”
Section: Pendahuluanunclassified