Pemberdayaan Perempuan Melalui Keluarga Tangguh Kelompok Tani Wanita Di Masa Pandemi Covid-19

Abstract

Pemberdayaan perempuan melalui keluarga tangguh di masa pandemi covid-19 menjadi kebutuhan bagi tiap keluarga untuk mengantisipasi dampak covid-19 yang semakin meluas. Tulisan ini fokus pada keluarga tangguh, karena keluarga menjadi benteng pertahanan yang paling dasar untuk melawan covid-19. Berdasar problem dampak covid-19 pada berbagai aspek seperti kesehatan, ekonomi, social dan Pendidikan, maka pemberdayaan perempuan melalui keluarga tangguh dilakukan di desa Trimulyo, Bantul, Yogyakarta. Metode yang dilakukan adalah dengan melakukan penyadaran, sosialisasi, peningkatan pengetahuan dan melatih ibu-ibu untuk bercocok tanam tanaman sayuran di lahan rumah masing-masing untuk menekan dampak ekonomi karena covid-19. Hasil yang diperoleh adalah meningkatnya kesadaran, pengetahuan dan terbentuknya komunitas keluarga tangguh melawan covid-19.

Pendampingan Tata Kelola Umkm Ud Pedharingan Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi

“…Dalam pengabdian ini juga terdapat unsur penyadaran, sosialisasi, peningkatan pengetahuan dan melatih pemasaran digital (Maryati, T., Rimiyati, H. ., & Jannah, N. F, 2021; Fitriani, S., farid ma'ruf, Jefree Fahana, & Amalya Nurul Khairi, 2021; Handoyono, N. A., & Sigit Purnomo,2021;Mutiarin, D., Nurjannah, A., Sugiyo, D., & Sakir, S, 2021;Nugraha, H. S., Naili Farida, Widayanto, & Sari Listiyorini, 2021).…”

Potret Representasi Gerakan Perempuan Dalam Mendorong Ketahanan Pangan Di Provinsi Banten

“…Para petani mengalami kebuntuan representasi, bagaimana mereka mendapatkan pendidikan agar dapat meningkatkan produktivitas pertanian dan meningkatkan hasil panen. didampingi pelaksanaannya oleh KWT yang ada di desa-desa (Sulfiana, 2019).…”

“…Tidak hanya diajarkan bagaimana cara menanam yang baik pada lahan yang terbatas, tetapi petani wanita juga diajarkan budidaya tanaman variatif atau ekstentifikasi pertanian dan lebih dikenal sebagai sub sayuran, hal ini didorong dari kebutuhan variasi sayuran yang dapat dihasilkan dalam satu kali panen, apabila satu jenis gagal panen maka masih bisa disubtitusi oleh hasil panen lainnya sehingga tidak mengalami kerugian akibat gagal panen. Sub sayuran ini memiliki ketua masing-masing dari jenis sayuran yang ditanam dan masing-masing ketuanya dibina oleh KWT (Sulfiana, 2019).…”

“…Permasalahan ini kemudian dicoba untuk dicarikan jalan keluar oleh KWT dengan membentuk koperasi Panjang yaitu berkurangnya pasokan pangan yang biasanya dapat dihasilkan dari daerah tersebut. Secara politik PWT tidak memiliki wewenang untuk merubah putusan legislatif tersebut, tetapi secara akar rumput PWT melakukan grilya dengan mengadakan penghijauan di desa-desa yang berbatasan dengan kawasan industri sebagai bentuk perlawanan terhadap tercabutnya hak-hak mereka untuk bertani dan mendapatkan lingkungan yang sehat (Sulfiana, 2019).…”

“…Proses pemberdayan perempuan diperlukan adanya consciousness dalam proses pembentukan kapasitas terhadap partisipasi yang mengalir deras untuk memiliki kekuatan (power) dalam proses pengambilan keputusan dan transformasi (transformation) supaya perempuan dapat memiliki kemampuan dalam berbuat sesuatu yang baik. (Sulfiana, 2019) hal ini dapat terlihat dari peran KWT yang dapat memberikan akses kepada kaum perempuan yang ada di desa untuk terlibat aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan yang ada di lingkungannya. Banyak kaum perempuan dapat terdorong untuk melakukan aktivitas sosial seperti gotong royong dan bekerja bakti untuk menjaga lingkungan lingkungan sekaligus melakukan aktivitas pertanian.…”