Pemberdayaan ibu-ibu Desa Manukan Bojonegoro dalam mengembangkan Batik Jonegoroan sebagai rintisan industri kreatif

Abstract

Manukan adalah salah satu desa di Kabupaten Bojonegoro yang terletak di Kecamatan Gayam, Bojonegoro, Jawa Timur. Minimnya penghasilan keluarga dari profesi petani menuntut masyarakat untuk lebih kreatif dalam meningkatkan pendapatan keluarga. Bojonegoro memiliki potensi batik Jonegoroan yang menarik dan banyak diminati. Namun, tidak banyak masyarakat Bojonegoro yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan membatik. Sehingga, perlu dilakukan pemberdayaan Ibu-ibu dalam mengembangkan industri kreatif Batik Jonegoroan. Pemberdayaan ini dilakukan melalui empat tahapan, yaitu sosialisasi Batik Jonegoroan, pelatihan cara membatik, pelatihan pengembangan industri kreatif batik dan pemasaran hasil batik. Dalam pelatihan ini, peserta dilatih untuk memahami dan mempraktikkan proses membatik dengan empat teknis pewarnaan dan perbedaan antara batik cap dan batik tulis. Teknis pewarnaan yang dipelajari meliputi teknik coletan, semok, kelengan dan laseman. Hasil pelatihan berupa kain batik Jonegoroan dipamerkan dan dijual secara online di marketplace dan media sosial, sedangkan secara offline di bazar dan pameran batik. Pengetahuan dan ketrampilan ini dapat dijadikan bekal untuk membuka peluang usaha pengrajin batik oleh ibu-ibu desa Manukan sebagai salah satu upaya meningkatkan pendapatan keluarga.

Exploration of Malay Ornaments and Serdang Motifs in Hand-Painted Batik Using The Colet Technique

“…The aesthetic elements of the Serdang motif, developed through batik technique, result in hand-painted batik with a resist dye and coletan technique using napthol and remasol dyes in the characteristic Batak colors of red, black, and white. In addition to focusing on the theory of the Serdang motif, the researcher, in this case, highlights the theory of batik, specifically, which is a fabric resulting from a dyeing process that technically involves resist dyeing or blocking with a resist dye substance (napthol) and features distinctive ornamental patterns (Ngatini, N., Putri, M. M., Ibrahim, M. F., Bariyah, T., & Mardhiyyah, Y. S., 2020) [18] . The process of hand-painted batik is quite time-consuming and requires patience and precision in every step.…”

Green fashion concept approach to MSMEs’ sustainable green development

“…For future service programs, it is important to develop the results of this service to obtain more intensive and extensive results. In addition, for subsequent programs, it is important to also organize related programs that can improve the economy and people's welfare, such as life skills programs (Bahri & Prasetyo, 2020), product diversification (Kustyawati et al, 2019), and developing Indonesian batik (Ngatini et al, 2020). Some suggestions and hopes from fashion MSMEs for further activities are the need for assistance, applicable materials, references for successful business actors, activities that can be carried out on an ongoing basis, conducting offline training, and developing materials to improve MSMEs better.…”

Pemberdayaan Remaja Karangtaruna Rt 7 Rw 9 Kelurahan Gemah Kota Semarang Melalui Pelatihan Keterampilan Membatik

“…Pelatihan batik cap pada remaja karangtaruna merupakan suatu upaya bagi peningkatan kemampuan remaja sehingga memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam dunia kerja. Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan sejak lama telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (Dahmiri, Zamzami, & Indrawijaya, 2019;Handayani, et al, 2019;Ngatini, et al, 2020).…”

“…Dari materi yang diberikan, peserta memahami bahwa batik merupakan warisan leluhur dan batik juga dapat memberikan peluang usaha yang menarik bagi remaja sehingga ke depannya diharapkan dibentuk wirausaha muda. Promosi juga menjadi bagian penting dalam kewirausahaan, sehingga penggunaan media sosial sebagai media promosi menjadi kebutuhan yang sangat mendesak (Ngatini, et al, 2020). Faktor yang mendukung kegiatan adalah antusiasme peserta.…”