“…Dampak dari pesatnya globalisasi tersebut mengahruskan setiap individu menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dengan kemampuan utuh yang disebut dengan kompetensi abad ke-21. Pembelajaran abad ke-21 terkhusus dalam pembelajaran matematika perlu dirancang sedemikian rupa sehingga dalam proses pembelajaran siswa dapat mengembangkan kemampuan atau kecakapan hidup dan karir, kemampuan atau kecakapan belajar dan inovasi, dan kemampuan atau kecakapan informasi, media, dan teknologi agar dapat memanfaatkan kemudahan mengakses berbagai informasi berupa ilmu pengetahuan pada abda ke-21 itu sendiri (Bellamy, 2007).…”
Kemampuan berpikir kreatif sangat penting dimiliki oleh siswa terkhusus kemampuan berpikir kreatif matematis. Para peneliti di bidang pendidikan (guru dan dosen) sudah banyak melakukan penelitian dan salah satunya memilih Realistic Mathematics Education (RME) sebagai alternatif dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Dari 136 studi primer diperoleh 16 studi primer yang sesuai dengan kriteria inklusi. Selain itu, effect size yang diperoleh berdasarkan pengujian keseluruhan studi pengaruh RME terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa adalah 0,973 dengan besar pengaruh tersebut dikategorikan berpengaruh sedang. Berdasarkan karakteristik studi pada penelitian ini ukuran sampel, jenjang pendidikan, dan demografi siswa bukan menjadi faktor heterogennya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Studi ini memberikan masukan pada guru dan dosen matematika bahwa mereka sebaiknya memilih RME sebagai alternatif pembelajaran matematika untuk diterapkan terutama pada jenjang sekolah menengah atas dalam menumbuh kembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis.
“…Dampak dari pesatnya globalisasi tersebut mengahruskan setiap individu menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dengan kemampuan utuh yang disebut dengan kompetensi abad ke-21. Pembelajaran abad ke-21 terkhusus dalam pembelajaran matematika perlu dirancang sedemikian rupa sehingga dalam proses pembelajaran siswa dapat mengembangkan kemampuan atau kecakapan hidup dan karir, kemampuan atau kecakapan belajar dan inovasi, dan kemampuan atau kecakapan informasi, media, dan teknologi agar dapat memanfaatkan kemudahan mengakses berbagai informasi berupa ilmu pengetahuan pada abda ke-21 itu sendiri (Bellamy, 2007).…”
Kemampuan berpikir kreatif sangat penting dimiliki oleh siswa terkhusus kemampuan berpikir kreatif matematis. Para peneliti di bidang pendidikan (guru dan dosen) sudah banyak melakukan penelitian dan salah satunya memilih Realistic Mathematics Education (RME) sebagai alternatif dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Dari 136 studi primer diperoleh 16 studi primer yang sesuai dengan kriteria inklusi. Selain itu, effect size yang diperoleh berdasarkan pengujian keseluruhan studi pengaruh RME terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa adalah 0,973 dengan besar pengaruh tersebut dikategorikan berpengaruh sedang. Berdasarkan karakteristik studi pada penelitian ini ukuran sampel, jenjang pendidikan, dan demografi siswa bukan menjadi faktor heterogennya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Studi ini memberikan masukan pada guru dan dosen matematika bahwa mereka sebaiknya memilih RME sebagai alternatif pembelajaran matematika untuk diterapkan terutama pada jenjang sekolah menengah atas dalam menumbuh kembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis.
“…A previous study revealed that some students carried out errors in clarifying the truth of an argument in solving geometry problems (Setiawan & Sa'dijah, 2020). It reveals that they have to enhance their critical thinking skills because it will support their ability to verify the truth of the argument (Bellamy, 2007). In addition, fifteen male students had a high skill, and eight male students had a low skill in clarifying the truth of an argument.…”
Section: Verifying the Truth Of A Statementmentioning
[English]: Several studies have examined mathematical reasoning skills (MRS) of male and female students in various mathematics topics. However, there were still not many studies, which focus on MRS in trigonometry topics in terms of gender perspectives. Therefore, this quantitative study aims to describe and compare the MRS of male and female students in solving trigonometry problems. This study involved secondary school students who were given an MRS test. The test has been validated theoretically and empirically. The results of the test were classified using the rubric of MRS achievement and analyzed using the Mann-Whitney test or t-test. The results revealed that the overall MRS of male and female students was low. The students lacked skills in finding a relationship pattern, proposing a conjecture, and generalizing the statement, but they had moderate skills in verifying the truth of an argument. Furthermore, the male and female students were not significantly different in the aspects of MRS. The findings provide important starting points to enhance students' MRS in the teaching and learning of trigonometry.
[Bahasa]: Beberapa studi sudah dilakukan untuk menguji kemampuan penalaran matematis siswa laki-laki dan perempuan di berbagai topik matematika. Namun, studi-studi yang fokus pada kemampuan penalaran matematis di topik trigonometri ditinjau dari perspektif gender masih belum banyak. Penelitian kuantitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan membandingkan kemampuan penalaran matematis siswa laki-laki dan perempuan dalam menyelesaikan masalah-masalah trigonometri. Studi ini melibatkan siswa sekolah menengah yang diberi tes kemampuan penalaran matematis. Tes tersebut sudah divalidasi secara teoritis dan empiris. Hasil tes tersebut dikategorikan menggunakan rubrik capaian penalaran matematis dan dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney atau uji t. Hasil menunjukkan bahwa secara keseluruhan kemampuan penalaran matematis siswa laki-laki dan perempuan belum tinggi. Siswa tersebut kurang mampu dalam menemukan pola hubungan, mengajukan dugaan, dan mengeneralisasi pernyataan, tetapi mereka memiliki kemampuan yang sedang dalam memverifikasi kebenaran suatu argumen. Selanjutnya, siswa laki-laki dan siswa perempuan tidak berbeda secara signifikan dalam aspek kemampuan penalaran matematis. Temuan ini memberikan titik awal yang penting untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa dalam pembelajaran trigonometri.
“…Salah satu dampak negatif dari keberlimpahan informasi adalah penyebaran informasi yang tidak terjustifikasi kebenaran dan keterpercayaannya (hoax information). Bellamy (2007) mengungkapkan bahwa penyebaran hoax information tersebut disebabkan oleh tingkat kemampuan berpikir kritis individu yang rendah. Oleh karena itu, guru atau dosen matematika sebaiknya menerapkan proses pembelajaran matematika yang mampu mengakomodasi siswa un-tuk meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya.…”
<p>Study of meta-analysis by selecting the random effect model was employed to investigate and examine students’ education level predicted as one of the causative factors of the heterogeneity of mathematical critical thinking ability (MCTA) through problem-based learning (PBL). Search engines such as Google Scholar and Semantic Scholar were used to find thirty journal or proceeding articles published in 2011 – 2021 and indexed by Scopus, Sinta, and Web of Science. The Z and Q Cochrane test were used to analyze the data. The results revealed that education level was one of the significant factors causing the heterogeneity of students’ MCTA through PBL. Therefore, mathematics teachers or lecturers should minimize the gap by improving the learning quality through PBL in education level in which students’ MCTA was still low. </p><p> </p>
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.