<p class="p1">Mutan kedelai penghasil nodulsuper menunjukkan kelemahan dalam kontrol autoregulasi pada nodulasi dan perbedaan fenotip dibandingkan dengan tipe liarnya. Studi untuk mengevaluasi karakter pertumbuhan dan nodulasi dari kedelai penghasil nodulsuper dalam asosiasinya dengan <em>Bradyrhizobium japonicum </em>dilakukan dalam penelitian ini. Tiga genotip kedelai, yaitu mutan kedelai penghasil nodulsuper SS2-2, tipe liarnya Sinpaldalkong 2 dan kedelai kontrol Jangyeobkong diinokulasi dengan <em>B. japonicum </em>USDA 110, kemudian ditumbuhkan di rumah kaca dalam kondisi terkontrol. Karakter nodulasi, fiksasi nitrogen (Acetylene Reduction Activity/ARA), pertumbuhan tanaman, dan hasil biji ditentukan untuk mengevaluasi asosiasi simbiotik antara <em>B. japonicum </em>dan kedelai nodulsuper. Kedelai yang diinokulasi dengan <em>B. </em><em>japonicum </em>menunjukkan peningkatan jumlah dan berat kering nodul serta berat kering total tanaman dibandingkan dengan tanpa inokulasi. Tanaman SS2-2 yang diinokulasi menunjukkan jumlah nodul sekitar 20 kali lipat lebih tinggi daripada tipe liarnya. Inokulasi <em>B. japonicum </em>ternyata juga meningkatkan fiksasi nitrogen seiring dengan perkembangan nodul. Tanaman S2-2 lebih pendek dan menghasilkan fiksasi nitrogen (ARA) lebih tinggi, tetapi spesifik ARA dan hasil biji lebih rendah dibandingkan dengan tipe liarnya. Berdasarkan hasil evaluasi terhadap nodulasi dan pertumbuhannya, interaksi <em>Rhizobium </em>dan kedelai penghasil nodulsuper SS2-2 mempunyai respon asosiasi simbiotik lebih rendah dibandingkan kedelai penghasil nodul normal (kedelai yang tidak mendapat perlakuan mutasi).</p>