Wilayah pesisir Kota Makassar menghadapi tantangan seperti pertumbuhan populasi, abrasi lingkungan, konflik penggunaan lahan, permukiman kumuh hingga munculnya permukiman diatas perairan yang berdampak pada mata pencaharian nelayan dan sumber daya laut. Fenomena tersebut menekankan perlunya perancangan arsitektur yang berfokus pada tatanan permukiman nelayan. Lokasi penelitian rancangan penataan kampung nelayan di Pulau Barrang Lompo, Kecamatan Kepulauan Sangkarrang, Kota Makassar RW004 sebagian besar dihuni nelayan Jolloro, lahan seluas 4.14 Ha berpenduduk 213 Jiwa/h sebanyak 216 Kepala Keluarga. Berbagai keragaman potensi yang dimiliki pulau ini menjadi dasar pertimbangan perlunya konsep penataan dengan tema kampung tematik khas nelayan untuk menjaga keunikan dan keberlanjutan Pulau Barrang Lompo. Hasil rancangan konsep penataan kawasan terdiri dari 3 fungsi utama yaitu Hunian, Pusat ekonomi mandiri, dan wisata. Pada konsep penataan site terdapat hunian, ruang terbuka hijau, lapangan, ARSINUM, RESERVOIR, pojok UMKM, dermaga nelayan dan wisata, serta ruang interaksi. Dengan menerapkan konsep Modular Behavior, diharapkan dapat memberikan kemudahan dalam pembangunan dan modifikasi di masa depan, efisiensi energi, dan penggunaan material yang ramah lingkungan. Konsep ini dapat menjadi rujukan konsep revitalisasi kawasan kampung nelayan pada studi kasus RW004 Pulau Barrang Lompo Kota Makassar dan dapat diterapkan pada wilayah pesisir dan pulau kecil di Indonesia dengan kondisi serupa.