2011
DOI: 10.25182/jgp.2011.6.1.90-99
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Model Pemberdayaan Petani Menuju Ketahanan Pangan Keluarga

Abstract: <p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 8.65pt 6pt 9pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt;" lang="en-us" xml:lang="en-us">The purpose of this study was to analyze the model of farmer empowerment for household food security. Research design was cross sectional, it was conducted in Lebak District on March</span><span style="font-size: 10pt;" lang="en-us" xml:lang="en-us">- November 2010. The data collected was household characteristics, consumption, level of farmer empowe… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
1
1
1

Citation Types

0
4
0
7

Year Published

2015
2015
2021
2021

Publication Types

Select...
7

Relationship

1
6

Authors

Journals

citations
Cited by 11 publications
(11 citation statements)
references
References 0 publications
0
4
0
7
Order By: Relevance
“…Level ketahanan rumh tangga dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor baik yang berasal dari rumah tangga itu sendiri maupun faktor yang berasal dari luar rumah tangga. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tanziha (2011), menyebutkan bahwa faktor kemiskinan merupakan penyebab utama yang menyebabkan rumah tangga tergolong dalam rumah tangga yang tidak tahan pangan, adapun faktor lain yang menyebabkan rumah tangga termasuk dalam zona tidak tahan pangan diantaranya adalah masih kurangnya kepedulian masyarakat tentang masalah ketahanan pangan, serta minimnya suatu lembaga ketahanan pangan yang berada di lapisan masyarakat. Masalah lain yang didapatkan dalam penelitian tersebut adalah masih banyaknya persentase rumah tangga yang mengalami kekurangan pangan dan kelaparan yaitu berkisar 43% (Sumardilah & Rahmadi, 2015).…”
Section: Pendahuluanunclassified
See 1 more Smart Citation
“…Level ketahanan rumh tangga dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor baik yang berasal dari rumah tangga itu sendiri maupun faktor yang berasal dari luar rumah tangga. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tanziha (2011), menyebutkan bahwa faktor kemiskinan merupakan penyebab utama yang menyebabkan rumah tangga tergolong dalam rumah tangga yang tidak tahan pangan, adapun faktor lain yang menyebabkan rumah tangga termasuk dalam zona tidak tahan pangan diantaranya adalah masih kurangnya kepedulian masyarakat tentang masalah ketahanan pangan, serta minimnya suatu lembaga ketahanan pangan yang berada di lapisan masyarakat. Masalah lain yang didapatkan dalam penelitian tersebut adalah masih banyaknya persentase rumah tangga yang mengalami kekurangan pangan dan kelaparan yaitu berkisar 43% (Sumardilah & Rahmadi, 2015).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Ketahanan pangan menurut Tanziha terbagi menjadi dua aspek yaitu kuantitatif dan aspek kualitatif, untuk mengukur ketahanan pangan secara kualitatif dapat diukur melalui tingkat kelaparan pada rumah tangga yang diukur berdasarkan petunjuk kuesioner yang diberikan kepada rumah tangga (Tanziha, 2011) . Berbeda halnya dengan mengukur ketahanan pangan secara kuantitatif, untuk analisis kuantitatif, ketahanan pangan diukur berdasarkan tingkat kecukupan energi rumah tangga/keluarga dengan tingkatan kategori yang terdiri dari: jika tingkat kecukupan energinya < 90,0% (tidak tahan pangan), sedangkan jika tingkat kecukupan energinya ≥ 90,0% (tahan pangan) (Hardinsyah et al, 2012b).…”
Section: Tabel 4 Hubungan Pengaruh Karakteristik Rumah Tangga Dengan Ketahanan Panganunclassified
“…Where the implementation process has been running and has a positive impact in its implementation. In line with Tanziha (2011), explaining where the empowerment of urban farmers can be started from the process of developing as well as strengthening the environment, and developing cooperation in the marketing division between farmer groups.…”
Section: Analysis Of the Influence Empowerment Of Urban Farming Commumentioning
confidence: 99%
“…Jumlah penduduk miskin Indonesia pada Tahun 2012 mencapai 29,13 juta orang atau 11,31 persen dari jumlah penduduk yang terdistribusi di daerah perkotaan sebanyak 36,5 persen dan di daerah perdesaan sebanyak 63,5 persen (BPS, 2012). Data tersebut menunjukan bahwa daerah perdesaan dengan basis perekonomian pada sektor primer (perikanan, pertanian dan perkebunan) yang lebih baik justru memiliki jumlah masyarakat miskin yang lebih tinggi (Mukherjee, 2002;Tanziha, 2011). Tingginya tingkat kemiskinan masyarakat di perdesaan dapat dijadikan indikasi menurunnya tingkat kesejahteraan yang berarti pula menurunnya tingkat atau berubahnya pola konsumsi masyarakat (Sukiyono et al, 2008).…”
Section: Pendahuluanunclassified