Abstract:Miskonsepsi merupakan suatu hal dapat menghambat penerimaan materi baru dan mempengaruhi keberhasilan dalam menyelesaikan masalah matematika. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi miskonsepsi pada mahasiswa pendidikan matematika yang merupakan calon guru matematika. Identifikasi dan pencarian solusi atas miskonsepsi ini sangat penting untuk dilakukan karena dapat membantu meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif menggunakan tes diagnos… Show more
“…Namun, materi ini seringkali masih dianggap sulit oleh mahasiswa. Hal ini terbukti berdasarkan hasil penelitian Ardiawan (2015), Fajri, dkk (2019), Walida & Hasana (2020), serta Atiqoh & Hafiz (2021) yang menyatakan bahwa banyak mahasiswa yang masih melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal Induksi Matematika. Apabila kesalahan tersebut dibiarkan begitu saja tanpa adanya perbaikan maka mahasiswa akan terus mengalami kesulitan saat membuktikan pernyataan matematika menggunakan metode Induksi Matematika.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Kesalahan konseptual yang dilakukan M2 pada kasus ini terletak pada langkah dasar induksi matematika (basic step) yang dapat mempengaruhi kevalidan pembuktian dengan induksi matematika. Hal ini sejalan dengan pendapat Atiqoh & Hafiz (2021) yang menyatakan bahwa jika pada langkah dasar (basic step) pada induksi matematika keliru maka keseluruhan langkah induksi matematika yang dilakukan dapat dianggap tidak valid.…”
Section: Hasil Dan Pembahasan Gambar 1 Hasil Pekerjaan M2 Soal Nomorunclassified
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesalahan mahasiswa dalam menyelesaikan soal Induksi Matematika. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes dan wawancara. Kesalahan mahasiswa dalam menyelesaikan soal tes dikategorikan ke dalam jenis kesalahan konseptual, prosedural, dan teknik. Penelitian ini melibatkan mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo semester IV Tahun Ajaran 2021/2022 sebanyak 22 mahasiswa. Tiga mahasiswa dipilih sebagai subjek penelitian, dimana satu mahasiswa mewakili masing-masing kelompok kemampuan kognitif (tinggi, sedang, dan rendah). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis kesalahan konseptual berupa kesalahan pada konsep deret bilangan dilakukan oleh subjek berkemampuan kognitif sedang dan kesalahan pada konsep aljabar dilakukan oleh subjek berkemampuan rendah. Jenis kesalahan prosedural yaitu tidak menuliskan kesimpulan akhir dari pembuktian suatu pernyataan dilakukan oleh subjek berkemampuan kognitif tinggi, sedang, dan rendah. Jenis kesalahan teknik berupa kesalahan dalam melakukan perhitungan yang disebabkan oleh faktor kecerobohan dilakukan oleh subjek berkemampuan kognitif tinggi dan rendah.
“…Namun, materi ini seringkali masih dianggap sulit oleh mahasiswa. Hal ini terbukti berdasarkan hasil penelitian Ardiawan (2015), Fajri, dkk (2019), Walida & Hasana (2020), serta Atiqoh & Hafiz (2021) yang menyatakan bahwa banyak mahasiswa yang masih melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal Induksi Matematika. Apabila kesalahan tersebut dibiarkan begitu saja tanpa adanya perbaikan maka mahasiswa akan terus mengalami kesulitan saat membuktikan pernyataan matematika menggunakan metode Induksi Matematika.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Kesalahan konseptual yang dilakukan M2 pada kasus ini terletak pada langkah dasar induksi matematika (basic step) yang dapat mempengaruhi kevalidan pembuktian dengan induksi matematika. Hal ini sejalan dengan pendapat Atiqoh & Hafiz (2021) yang menyatakan bahwa jika pada langkah dasar (basic step) pada induksi matematika keliru maka keseluruhan langkah induksi matematika yang dilakukan dapat dianggap tidak valid.…”
Section: Hasil Dan Pembahasan Gambar 1 Hasil Pekerjaan M2 Soal Nomorunclassified
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesalahan mahasiswa dalam menyelesaikan soal Induksi Matematika. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes dan wawancara. Kesalahan mahasiswa dalam menyelesaikan soal tes dikategorikan ke dalam jenis kesalahan konseptual, prosedural, dan teknik. Penelitian ini melibatkan mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo semester IV Tahun Ajaran 2021/2022 sebanyak 22 mahasiswa. Tiga mahasiswa dipilih sebagai subjek penelitian, dimana satu mahasiswa mewakili masing-masing kelompok kemampuan kognitif (tinggi, sedang, dan rendah). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis kesalahan konseptual berupa kesalahan pada konsep deret bilangan dilakukan oleh subjek berkemampuan kognitif sedang dan kesalahan pada konsep aljabar dilakukan oleh subjek berkemampuan rendah. Jenis kesalahan prosedural yaitu tidak menuliskan kesimpulan akhir dari pembuktian suatu pernyataan dilakukan oleh subjek berkemampuan kognitif tinggi, sedang, dan rendah. Jenis kesalahan teknik berupa kesalahan dalam melakukan perhitungan yang disebabkan oleh faktor kecerobohan dilakukan oleh subjek berkemampuan kognitif tinggi dan rendah.
“…Penelitian terdahulu tentang miskonsepsi dan materi sulit dipahami yaitu: 1) (Murniasih et al, 2018) menyatakan bahwa berdasarkan identifikasi miskonsepsi menggunakan Three Tier Test dari ke 6 subyek penelitian, didapatkan hasil bahwa rata-rata siswa mengalami miskonsepsi tentang materi lingkaran dengan sub tema unsur-unsur lingkaran, luas dan keliling lingkaran sebesar 47.5%; 2) (Atiqoh & Hafiz, 2021), menyatakan bahwa Miskonsepsi Mahasiswa Matematika pada Induksi Menggunakan Certainly of Response Index (CRI) menunjukkan hasil penelitian terdapat setengah dari jumlah seluruh mahasiswa yang mengalami miskonsepsi ketika melakukan pembuktian dengan induksi matematika. Terdapat 3 tipe miskonsepsi yang dialami mahasiswa yaitu: kesalahan konsep aljabar, miskonsepsi pada langkah basis yang berkaitan dengan deret bilangan, dan kesalahan perhitungan aljabar.…”
This study aims to analyze and describe what materials are difficult in calculus courses and also materials that are misconceptions. This research was conducted to improve the competence of students in the future. The formulation of the problem in this study is "How to improve student competence in integral calculus courses?" The sub-problems are: 1) What materials do students have misconceptions in integral calculus courses? 2) What materials are difficult for students to understand in integral calculus courses? The research method used is descriptive qualitative by surveying students of Mathematics Education, Faculty of Teacher Training and Education, Tanjungpura University. From the overall results, there were 22 students (60%) did not experience misconceptions and 14 students (40%) experienced misconceptions in the first concept. In the second concept, 40% did not experience misconceptions and 60% of students experienced misconceptions. For the third concept, 70% of students experienced misconceptions and 30% of students did not experience misconceptions. In the fourth concept, 28% of students experienced misconceptions and 72% of students did not experience misconceptions. For the fifth concept, 6% of students experienced misconceptions and 94% of students did not experience misconceptions. And for the sixth concept there are 28% of students experiencing misconceptions and 72% of students not experiencing misconceptions.
“…Matematika pun diajarkan dari mulai yang sederhana sampai kompleks. Menurut (Permatasari, 2021) objek matematika juga hierarkis, artinya konsep satu sangat berhubungan dengan konsep yang lain yang mengharuskan setiap orang yang mempelajarinya harus memahami setiap konsep dengan baik karena saling terkait. Hal ini diartikan bahwa untuk mempelajari suatu konsep atau materi baru dibutuhkan konsep atau materi lainnya.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Konsep atau materi tersebut merupakan perluasan atau pendalaman materi yang telah dipelajari. Menurut (Permatasari, 2021) akan menjadi sangat fatal apabila siswa terlebih lagi guru memiliki pemahaman yang salah atau kurang tepat terhadap suatu konsep matematika tertentu atau yang disebut miskonsepsi.…”
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk menganalisis miskonsepsi calon guru sekolah dasar pada mata kuliah Konsep Dasar Matematika khususnya konsep bilangan bulat dan bilangan pecahan. Subjek penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Prodi PGMI IAIN Palopo semester 1. Sample penelitiannya yaitu 33 mahasiswa dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan teknik tes dan non tes. Tes menggunakan instrumen diagnotis three-tier diagnostic test yang dilengkapi dengan CRI (Certainty of Response Index) untuk mengidentifikasi miskonsepsi. Non tes menggunakan wawancara kepada mahasiswa untuk mengetahui alasan mengapa mahasiswa mengalami miskonsepsi. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif presentase. Hasil analisis menunjukkan bahwa persentase mahasiswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep bilangan bulat dan bilangan pecahan, 24,2% termasuk kriteria Paham Konsep Dengan Baik (PKDB), 6,1 %. termasuk kriteria Paham Konsep Tapi Tidak Yakin (PKTTY), 25,8 % termasuk kriteria Tidak Paham Konsep (TPK), dan sisanya 43,9 % mengalami miskonsepsi. Persentase miskonsepsi tertinggi terdapat pada soal tentang bilangan pecahan dalam soal cerita 57,6%. Persentase miskonsepsi terendah terdapat pada soal tentang operasi penjumlahan bilangan pecahan campuran sebesar 30,3 %. Faktor utama penyebab terjadinya miskonsepsi bersumber pada sumber belajar dan pemikiran sendiri.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.