Marine Biofouling: A European Database for the Marine Renewable Energy Sector

Abstract

<jats:p>Biofouling is a major problem shared among all maritime sectors employing submerged structures where it leads to substantially increased costs and lowered operational lifespans if poorly addressed. Insight into the ongoing processes at the relevant marine locations is key to effective management of biofouling. Of specific concern for the marine renewable energy (MRE) sector is the fact that information on biofouling composition and magnitude across geographies is dispersed throughout published papers and consulting reports. To enable rapid access to relevant key biofouling events the present work describes a European biofouling database to support the MRE sector and other maritime industries. The database compiles in one document qualitative and quantitative data for challenging biofouling groups, including non-native species associated with MRE and related marine equipment, in different European Ecoregions. It provides information on the occurrence of fouling species and data on key biofouling parameters, such as biofouling thickness and weight. The database aims to aid the MRE sector and offshore industries in understanding which biofouling communities their devices are more susceptible to at a given site, to facilitate informed decisions. In addition, the biofouling mapping is useful for the development of biosecurity risk management plans as well as academic research.</jats:p>

Planning the R&D of Marine Renewable Energy Resources: Avoiding Bottlenecks and Ensuring Sustainable Development in Developing Marine Economies

“…Biofouling mainly includes acorn barnacles, mussels, calcareous tuberculosis, bryozoans and kelp. Non-biofouling factors include physical and chemical characteristics of seawater such as temperature, PH, dissolved oxygen and organic content, hydrodynamic conditions such as current speed, wave exposure, distance from shore and depth to water, and underlying characteristics such as material composition, color, roughness, immersion time, and exercise time (Vinagre et al, 2020). Non-biofouling and biological pollution are intertwined, affect each other and aggravate each other.…”

Biofouling dan Korosi pada Infrastruktur Energi Laut di Indonesia: Analisis Bibliometrik

“…Negara kepulauan Indonesia dengan sumber daya yang melimpah masih belum memanfaatkan potensi sumber daya energi terbarukan dari laut dengan optimal, mengingat hingga saat ini belum ada kapasitas pembangkit listrik energi laut yang terpasang di perairan tropis Indonesia. Beberapa penelitian yang telah dilakukan lebih banyak berfokus pada kajian potensi sumber daya (resources assessment) [12], pemodelan (modelling) [13,14], dan peningkatan kinerja komponen pembangkit, seperti turbin [15], osilasi pendulum [16] Beberapa peneliti telah melakukan kajian dampak biofouling dan korosi pada infrastruktur energi laut dan offshore wind di perairan beriklim sedang (temperate waters) [7][8][9]19]. Kajian yang terbaru di perairan beriklim sedang Eropa telah menghimpun database tentang organisme-organisme laut yang paling dominan menyebabkan terjadinya biofouling pada perangkat pembangkit energi laut [19].…”

“…Studi mutakhir ini juga membahas tentang dampak masing-masing organisme yang ditimbulkan pada kinerja perangkat pembangkit, diantaranya bertambahnya kekasaran dan ketebalan permukaan, serta berat perangkat yang menyebabkan terjadinya drag. Selain itu, dampak yang lain adalah beberapa jenis organisme laut memiliki tingkat adhesi yang tinggi terhadap permukaan perangkat pembangkit, sehingga dapat menyebabkan resiko yang lebih buruk dengan terjadinya korosi (microbially influenced corrosion) [9,19]. Beberapa faktor utama yang mempengaruhi terjadinya fenomena biofouling adalah (i) jenis material yang digunakan sebagai komponen, (ii) suhu air laut, (iii) arus dan jarak penempatan alat dari pantai, dan (iv) kedalaman penempatan perangkat di bawah permukaan laut yang berkorelasi terhadap tingkat ketersediaan cahaya matahari [19].…”

“…Selain itu, dampak yang lain adalah beberapa jenis organisme laut memiliki tingkat adhesi yang tinggi terhadap permukaan perangkat pembangkit, sehingga dapat menyebabkan resiko yang lebih buruk dengan terjadinya korosi (microbially influenced corrosion) [9,19]. Beberapa faktor utama yang mempengaruhi terjadinya fenomena biofouling adalah (i) jenis material yang digunakan sebagai komponen, (ii) suhu air laut, (iii) arus dan jarak penempatan alat dari pantai, dan (iv) kedalaman penempatan perangkat di bawah permukaan laut yang berkorelasi terhadap tingkat ketersediaan cahaya matahari [19]. Berkaitan dengan pengaruh kedalaman alat terhadap potensi biofouling, kajian investigasi telah dilakukan menggunakan prototipe teknologi "Pelamis", salah satu teknologi pembangkit energi gelombang laut yang diuji di Billia Croo, Orkney, UK [20].…”

Gaseous Plastron on Natural and Biomimetic Surfaces for Resisting Marine Biofouling

“…Marine biofouling is widespread in marine environments and the most serious issue in the shipping industry [ 1 ]. Biofouling generally refers to an undesirable colonization of organisms on the surface of underwater structures.…”