2017
DOI: 10.22373/psikoislamedia.v2i1.1820
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Kesejahteraan Subjektif Pada Individu Bercerai (Studi Kasus Pada Individu Dengan Status Cerai Mati Dan Cerai Hidup)

Abstract: ABSTRAKPerceraian merupakan suatu peristiwa perpisahan secara resmi antara pasangan suami isteri dan berketatapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami isteri. Selain itu, perceraian juga dapat diartikan sebagai status individu yang telah hidup berpisah dengan suami atau istrinya karena meninggal dunia dan belum menikah lagi. Individu yang bercerai dapat memiliki tingkat kesejahteraan subjektif yang tinggi maupun rendah. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pekerjaan dan pe… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1

Citation Types

0
0
0
2

Year Published

2022
2022
2022
2022

Publication Types

Select...
1

Relationship

0
1

Authors

Journals

citations
Cited by 1 publication
(2 citation statements)
references
References 6 publications
0
0
0
2
Order By: Relevance
“…Dukungan sosial ini sangat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan bagi perempuan yang memiliki peran ganda yaitu perempuan yang mencari nafkah dan berperan sebagai seorang ibu (Indriani & Sugiasih, 2016). Individu yang bercerai mati ataupun bercerai hidup samasama dapat memiliki kesejahteraan subjektif yang tinggi dan ini tergantung pada cara individu tersebut menyikapi setiap kejadian atau masalah yang dihadapinya; semakin baik dan tepat tindakan individu tersebut maka semakin tinggi kesejahteraan subjekifnya (Miranda & Amna, 2017). Kesejahteraan tergantung pada faktor biologis, lingkungan dan diri sendiri individu tersebut baik laki-laki maupun perempuan (Batz & Tay, 2018).…”
Section: Pembahasanunclassified
See 1 more Smart Citation
“…Dukungan sosial ini sangat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan bagi perempuan yang memiliki peran ganda yaitu perempuan yang mencari nafkah dan berperan sebagai seorang ibu (Indriani & Sugiasih, 2016). Individu yang bercerai mati ataupun bercerai hidup samasama dapat memiliki kesejahteraan subjektif yang tinggi dan ini tergantung pada cara individu tersebut menyikapi setiap kejadian atau masalah yang dihadapinya; semakin baik dan tepat tindakan individu tersebut maka semakin tinggi kesejahteraan subjekifnya (Miranda & Amna, 2017). Kesejahteraan tergantung pada faktor biologis, lingkungan dan diri sendiri individu tersebut baik laki-laki maupun perempuan (Batz & Tay, 2018).…”
Section: Pembahasanunclassified
“…Keluarga yang dikepalai oleh laki-laki yang bercerai mengalami masalah atau konsekuensi perceraian hanya dalam waktu jangka pendek, seperti dalam hal kesejahteraan subjektif, dibandingkan dengan keluarga yang dipimpin oleh perempuan (Leopold, 2018). Perempuan kepala keluarga yang baik bercerai mati atau hidup tidak memiliki perbedaan tingkat kesejahteraan subjektif (Miranda & Amna, 2017). Rendahnya tingkat kesejahteraan keluarga yang dikepalai oleh perempuan disebabkan oleh tingkat pendidikan yang rendah sehingga perempuan kepala keluarga ini hanya bisa bekerja di sektor informal seperti buruh tani, pedagang, dan pengrajin dengan pendapatan rata-rata per hari hanya Rp10.000 (PEKKA & SMERU, 2014).…”
unclassified