“…Kedua, penelitian yang mengungkapkan hubungan jobinsecurity dengan keluaran organisasional, rata-rata menggunakan sampel dari satu sektor, sektor pariwisata (vujicic, jovivic dkk, 2015), sektor publik (Kalyal, Berntston dkk, 2010), atau dari satu aspek karyawan yang bertahan / survivor (Bohle, 2016;Marques, 2014;Modrek, Cullen, 2013;Wang-Bae, 2003;Brockner,1992) dan karyawan yang yang telah di PHK (dismissed/laid off ) (De Battisti, Gilardi, Siletti, Solari, 2014), atau manajer/ karyawan kerah putih Roskies dan Louis-Guerin, 1990) dan non-manajer/karyawan kerah biru (Staufenbiel, Koenig, 2010). Ketiga, banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan jobinsecurity dengan variabel keluaran organisasional, antara lain occupationalgroup (Miana, Gonzales-Morales, Caballer, Peiro, 2011), employability atau jobdependence (Sora, Caballer, Peiro, 2010;Silla dan Cuyper, 2009) gender, trust (Hina, Kalyal, Sverke, 2010;Smith,2013), fairness (Silla, Gracia, Manas, Peiro, 2010), selfefficacy (Smith, 2013;Barney, 2013) dan juga termasuk locusofcontrol (McInroe, 2013;Ito dan Brotheridge, 2007) Masih sangat sedikit penelitian yang mengungkapkan locusofcontrol sebagai variabel moderasi terhadap hubungan jobinsecurity dengan variabel keluaran organisasional. Bahkan locus of control ini ditemukan merupakan variabel yang berhubungan negatif secara langsung bagi job insecurity (Ito dan Brotheridge, 2007).…”