Interrelationship between facial pattern, malocclusion, TMDs, head and neck posture and type of breathing in young people

Abstract

To compare occlusal, facial, and craniocervical postural characteristics according to the breathing pattern, study the association between temporomandibular disorders' (TMDs) class and severity, gauge the influence of the breathing pattern, head and neck posture, occlusal class, and facial pattern on TMDs severity and the lower cervicofacial ratio, and identify any prevalent differences in TMDs severity by gender. Methods: This cross-sectional study included a convenience sample of 139 individuals, 81 females (58.3%) and 58 males (41.7%), with a mean age of 13.0±0.72 years old. Data were collected from observations, medical forms and photographic records. We classified TMDs severity according to Fonseca Anamnestic Index and used Software for Postural Assessment. Results: Compared to nasal breathers, oral breathers exhibited a predominance of Class II occlusion (p<0.01), a convex profile (p<0.05), increased cervicofacial ratio (p<0.01), and a tendency for head anteriorization (p<0.05). An association between TMDs and individuals with Class II occlusion was also found (p<0.01). Oral breathers showed a greater risk of increased lower cervicofacial ratio and mild TMDs (OR: 9.64 and 4.01, respectively). Signs and symptoms of TMDs appeared in 60% of young females, though the difference between genders was not significant (p=0.290). Conclusions: We detected associations between oral breathing and head anteriorization, TMDs, Class II malocclusion, convex facial profile, and increased lower cervicofacial ratio. TMDs were associated with occlusal Class II, and oral breathing increased the risk of developing mild TMDs and increased lower cervicofacial ratio. (Rev Port Estomatol Med Dent Cir

Mouth breathing and dentocraniofacial changes in children

“…Dari hasil penelitian Festa et al, 22 Sakallı et al, 23 Fraga et al, 24 Valinhas et al, 25 Molina et al, 5 dan Anggraini et al, 26 dinyatakan bahwa mouth breathing menunjukkan dominasi oklusi Kelas II. Maloklusi Kelas II lebih banyak diderita anak dengan mouth breathing dibandingkan maloklusi Kelas I dan Kelas III.…”

“…Dominasi pola oklusal Kelas II pada mouth breathing dapat berasal dari posisi lidah yang berbeda di rongga mulut, biasanya terletak lebih rendah dan ke belakang yang menghambat pertumbuhan mandibula dan merangsang pertumbuhan rahang atas ke depan. 25 Secara spesifik, Sakallı et al, 27 menyelidiki mengenai perubahan dentofasial pada pasien dengan mouth breathing akibat hipertrofi adenotonsil dapat menyebabkan berbagai perubahan dentofasial dan peningkatan maloklusi kelas II divisi 1. Hal ini serupa dengan penelitian Fraga et al, 24 yaitu prevalensi maloklusi Angle Kelas II divisi 1 lebih tinggi daripada maloklusi Kelas I pada penderita mouth breathing.…”

“…Saat lidah tergeser ke bawah, penopang untuk permukaan palatal dari gigi molar rahang atas hilang, terjadi ketidakseimbangan m.buccinator, sehingga menghasilkan kubah palatal yang sempit dan berbentuk V. 34 Palatal yang sempit, khususnya pada regio posteterior, menyebabkan terjadi crossbite posterior. Paolantonio et al, 2 Acharya et al, 28 Molina et al, 5 dan Anggraini et al 26 Valinhas et al 25 dan Molina et al 5 menemukan bahwa anak yang bernapas melalui mulut menunjukkan postur anteriorisasi kepala ke depan yang menyebabkan meningkatnya kecembungan wajah; anak dengan mouth breathing cenderung memiliki postur kepala yang lebih maju sebagai adaptasi untuk meningkatkan aliran udara melalui ruang orofaring. Profil cembung juga dapat disebabkan terjadinya maloklusi kelas II.…”

“…Profil cembung juga dapat disebabkan terjadinya maloklusi kelas II. 25 Penelitian oleh Acharya et al 28 dan Molina et al 5 menunjukkan bahwa mouth breathing dapat menyebabkan peningkatan ketinggian sepertiga wajah bagian bawah akibat rotasi mandibula secara searah jarum jam (ke bawah dan ke posterior) sebagai adaptasi untuk menghirup udara melalui mulut. Mouth breathing juga dapat menyebabkan bibir menjadi inkompeten akibat hipertrofi bibir bawah serta hipotrofi dan hipotonisitas bibir atas, sehingga bibir pada saat istirahat dalam postur terbuka (terdapat jarak antara bibir atas dan bawah).…”

“…Perbedaan juga didapatkan dari hasil penelitian Valinhas et al 25 dan Molina et al 5 yang menemukan bahwa anak yang mouth breathing menunjukkan postur kepala ke depan yang menyebabkan meningkatnya kecembungan wajah, namun hasil penelitian Chambi-Rocha et al 31 tidak ada perbedaan signifikan secara statistik postur kepala pada kelompok anak mouth breathing dan bernapas normal. Perbedaan postur kepala dapat disebabkan oleh durasi mouth breathing dari anak, yaitu postur kepala ke depan membutuhkan waktu.…”