Integrating and navigating STEAM (inSTEAM) in early childhood education: An integrative review and inSTEAM conceptual framework

Abstract

In early childhood education, the integration of science, technology, engineering, arts, and mathematics (STEAM) are advocated as contemporary educational goals. However, integration of STEAM is not defined in the early childhood context. We claim to 'integrate' and 'devise integration pedagogies', but there is still no clear-cut message on what integration means and how to do it. This paper presents an integrative literature review to conceptualize the integration of STEAM practices in early childhood education. The review highlighted key factors and challenges relating to STEAM integration. The paper concludes with the development of the integrating and navigating STEAM (inSTEAM) conceptual framework derived from the concepts, empirical research, and theories explored in the integrative review of the 17 articles.

The power of STEAM activities in enhancing the level of metacognitive awareness of mathematics among students at the primary stage

“…Learning cooperative and interactive activities and tasks increase, provided by extra time. Teachers give immediate feedback to students by implementing multiple class activities and tasks (Dilek et al, 2020;Ng et al, 2022). The teacher's feedback contributes to helping students fix concepts and reach a proper understanding before the incorrect information becomes embedded in their minds.…”

Implementasi STEAM dalam Mengkonstruksi Kesetaraan Gender pada Anak Usia Dini

“…STEAM mampu mempersiapkan siswa yang siap bersaing di jenjang selanjutnya dan dapat menentukan keminatannya dalam bidang STEAM (Areljung & Günther-Hanssen, 2021). Hal ini selaras dengan (DeJarnette (2018) dan Heuling (2021) yang menyatakan bahwa pendekatan STEAM dapat memebrikan kesempatan bagi siswa untuk dapat menguasai keterampilan abad 21, (Ng et al, 2022) berpedoman pada definisi STEAM yang mengartikan sebagai pendekatan pembelajaran yang interdisiplin dan selaras dengan tuntutan jaman, sehingga literasi STEAM dijadikan sebagai pedoman siswa untuk dapat mengembangkan kemampuannya guna bersaing dalam era revolusi industi 4.0 yang berbasis pengetahuan.…”

“…Hasil pengamatan ini ternyata sejalan dengan hasil penelitian Arumugam et al (2020) dan Qu et al (2021) yang menyatakan bahwa apresepsi mampu menstimulasi siswa untuk mampu mengkonstruksikan pemahaman sebelumnya dengan informasi yang baru anak peroleh. Kegiatan apersepsi pada STEAM dapat mendorong inquiry anak terhadap suatu objek, (Li et al, 2022;Ng et al, 2022).…”

“…Guru dapat menstimulasi elemen-elemen STEAM secara terus menerus dan konsisten agar siswa dapat berpikir secara kritis dalam kegiatan belajarnya, mengkaitkan minat anak dengan indicator ketercapaian yang akan siswa capai, sehingga anak-anak akan dapat berpikir terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan, konsentrasi dalam bekerja, tekun menyelesaikan projek, energik dan kreatif dalam kebiatan bermain. Hal ini selaras dengan teori yang menyatakan bahwa STEAM dapat tersitumulus apabila dilakukan dengan memperhatikan terlaksanakanya keterampilan kritis, pemecahan masalah, dan memunculkan karyanya sendiri atau kelompok, sehingga kerjasama dan komunikasi antar siswa, guru dan siswa dapat terjalin baik (DeJarnette, 2018;Li et al, 2022;Ng et al, 2022). Berdasarkan dari masa keemasan berada pada masa anak usia dini, dimana rasa ingin tahunya masih sangatlah tinggi, sehingga masa yang paling tepat untuk memperkenalkan STEAM di lingkungan keluarga ataupun dilingkungan sekolah adalah pilihan yang tepat pada masa keemasan ini (Rahardjo, 2019;Spyropoulou et al, 2020;Wahyuningsih et al, 2019).…”

“…Peran guru dalam kegiatan inti adalah sebagai fasilitator anak dan anak memiliki peran menentukan permainan yang akan dimainkan, menyelesaikan permainan dan merapihkannya kembali. Aktivitas bermain secara kelompok maupun individu akan selalu membuat anak senang (Albahar & Alammari, 2022;Ng et al, 2022).…”