Restorasi gigi bertujuan mengembalikan fungsi mastikasi, fonetik, estetik, dan perlindungan terhadap jaringan pendukung gigi. Resin komposit merupakan bahan restoratif yang digunakan di kedokteran gigi karena mempunyai estetik dan kekuatan yang baik. Salah satu kekurangan dari resin komposit yaitu Polymerization Shrinkage. Adanya pengerutan polimerisasi dapat menimbulkan kebocoran mikro, sehingga menyebabkan kegagalan restorasi berupa karies sekunder, diskolorasi dan infeksi pulpa. Polimerisasi restorasi resin komposit dikatakan baik apabila derajat konversi berupa ikatan atom karbon ganda menjadi ikatan tunggal pada monomer berjalan dengan tepat. Hal tersebut dipengaruhi beberapa faktor seperti translusensi bahan, lama penyinaran, ketebalan resin komposit, dan tipe filler. Beberapa cara untuk mengurangi kebocoran mikro diantaranya adalah teknik penumpatan secara incremental. Kekurangan teknik ini, memperlambat proses perawatan dan meningkatkan risiko kontaminasi setiap lapisannya. Saat ini telah dikembangkan resin komposit bulk fill yang mampu diaplikasikan ke dalam kavitas secara langsung (bulk) dengan ketebalan hingga 4-5 mm dan dapat mengalami polimerisasi dengan baik. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama penyinaran dan ketebalan resin komposit bulk fill terhadap kebocoran mikro. Semakin lama penyinaran maka menyebabkan peningkatan ikatan karbon yang memperkecil jarak antar monomer. Peningkatan ketebalan aplikasi resin komposit menyebabkan nilai c-factor yang tinggi, sehingga peningkatan risiko pengerutan polimerisasi yang menyebabkan kebocoran mikro. Untuk mengukur kebocoran mikro, beberapa studi menggunakan metode dye penetration dengan larutan marker yang berbeda kemudian dievaluasi menggunakan beberapa alat yaitu Scanning Electron Microscopy (SEM), mikroskop cahaya, dan micro-CT. Hasil dari kajian pustaka pada uraian diatas menunjukkan bahwa terdapat pengaruh lama penyinaran dan ketebalan resin komposit bulk fill terhadap kebocoran mikro.