Implementasi Kebijakan Pengembangan Klaster Kopi Arabika Di Kabupaten Bondowoso

Abstract

Pengembangan klaster kopi arabika di Kabupaten Bondowoso secara kualitas dan kuantitas masih kurang baik. Buruknya mutu kopi rakyat disebabkan oleh kurangnya pemahaman serta pengetahuan petani kopi tentang tata cara bertanam kopi serta cara memproses kopi menjadi siap saji (bubuk kopi). Hal tersebut yang membuat kopi arabika di kabupaten Bondowoso tidak diminati oleh konsumen kopi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi kebijakan pengembangan klaster kopi arabika di Kabupaten Bondowoso dengan menggunakan teori George III Edward (implemeting public policy, 1980). Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, penentukan informan menggunakan prosedur purposive. Tempat penelitian Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso Jawa Timur. Hasil penelitian tentang kebijakan pengembangan klaster kopi arabika Bondowoso relatif berjalan dengan baik. Hal itu di buktikan dengan tercapainya target produksi baik kuantitas kopi arabika maupun kualitas kopi arabika yang ada di Bondowoso. Akan tetapi masih ada permasalahan yang harus di selesaikan dalam kebijakan ini, masalah tersebut yaitu: pertama komunikasi (communications) kurang maksimal dikarenakan banyaknya lembaga yang terlibat, kedua sumberdaya (resousces) manusia masih butuh banyak bimbingan dan pelatihan dari pihak yang kompeten serta sumberdaya modal untuk petani kopi dan kelompok tani kopi masih kurang, ketiga sikap atau prilaku (dispositions) dari target group yang kurang jujur di karenakan kurang maksimalnya kontrol dari pihak terkait, keempat struktur birokrasi (bureucratic strukture) dari target group yang masih mempunyai mental instan (pragmatis).

The Agroindustry Development Strategy for Java Ijen-Raung Arabica Coffee, in Bondowoso Regency, East Java

“…The hierarchical structure of the program objective elements (Figure 1 (b)) shows that sub-element (4) is a subelement at the lowest level, which is the most basic or primary sub-element of the development goal of the Arabica coffee agroindustry. This result follows the road map set by the Bondowoso Regency government, which states that the focus of coffee development in 2020-2025 is the expansion of downstream product marketing (Suradi et al, 2017).…”

“…Some coffee agroindustry MSMEs have started to reach a broader market to foreign markets. The market potential of the Java Ijen-Raung Arabica Coffee powder is increasing along with the development of the Java Ijen-Raung Arabica Coffee brand (Suradi, Murdyastuti, & Patriadi, 2017). Ground coffee has the lowest score on the ease of investment criteria because ground coffee requires the highest investment compared to other products.…”

Pemanfaatan Limbah Kulit Kopi Arabika Sebagai Pupuk Kompos di Desa Sukorejo Kecamatan Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso

“…Wilayah geografis Bondowoso ada yang memiliki karakterisitik untuk ditanami tanaman semusim seperti tembakau dan ada juga yang memiliki karakteristik ditanami tanaman tahunan seperti kopi arabika. Hal ini disebabkan karena wilayah Bondowoso sebagian besarnya adalah dataran yang memiliki kemiringan 0-8% dan juga memiliki daerah yang dilalui beberapa pegunungan seperti pegunungan Ijen (Suradi et al, 2018;Suud et al, 2023). Bahkan kopi dengan indikasi geografis Arabika Ijen memiliki karakteristik level specialty dalam uji cup test (Suud et al, 2021).…”

Caffeine Content of Bondowoso Arabica Ground Coffee with Variation of Roasting Profile and Type of Packages

“…Arabica coffee in Bondowoso Regency, East Java, Indonesia, generally grows on the slopes of Mount Ijen-Raung, so the coffee is called as Java Ijen-Raung Arabica Coffee (Wibowo et al, 2021). Java Ijen-Raung coffee has a good development prospects, one of which is through processing into ground coffee (Ardila et al, 2019;Cristanto et al, 2018;Suradi et al, 2017).…”