Identity in the Contemporary Indonesian Post-Truth Society - Primordialism on Social Media in the 2017 Election of the DKI Jakarta Governor

Tantangan primordialisme dalam upaya membangun budaya politik nasional

“…Otoritas politik nasional sedang menurun dan rasanya seperti berada dalam akhir dunia (Tanzi, 1998). Di sisi lain negara-negara baru merdeka rentan terhadap perpecahan yang serius yang ditimbulkan oleh ikatan-ikatan primordial dalam sebuah negara (Fawaid, Zamroni, & Baharun, 2019;Gauthier, 2011;Hidayat, 2019;Resminingayu, 2020;Rizqi, 2020). Ikatan Primordial menurut Geertz (Berger, 2006;Fionna, 2016;Hadiz, 2017;Miedema, 2010;Weiss, 2010), Ikatan primordial adalah ikatan yang berasal dari unsur-unsur bawaan, atau lebih persis lagi unsur-unsur bawaan yang diandalkam dari kehidupan sosial, hubungan langsung dan terutama hubungan kekerabatan.…”

“…Kenyataan ini disebabakan masih adanya rasa kedaerahan atau kesukuan sebagai mana tercermin dalam pola-pola kepartaian (Leib & Garretson, 2003), pengikut dan kepemimpinan yang masih dipengaruhi ciri-ciri kebudayaan politik subnasional. Bahkan di era akhirakhir ini sejumlah penelitian menunjukkan tren peningkatan primordialisme berbasis identitas agama, etnis, dan kelas melalui media sosial (Hidayat, 2019). Selain itu juga masih berlangsungnya proses produksi dan reproduksi informasi palsu di media sosial yang berfokus pada kepentingan politik tertentu (Saddam et.…”

“…Kenyataan adanya hiteroginitas dalam budaya, bahasa, agama, geografi ini telah melahirkan sebuah masalah yang sangat pelik terutama menyangkut upaya membangun politik bangsa. Dengan kondisi yang heterogen inilah upaya Pembangunan Politik di Indonesia menjadi sangat menarik untuk diteliti terutama yang menyangkut masalah primoradialisme (Hidayat, 2019;Resminingayu, 2020;Rizqi, 2020).…”

“…Berdasarkan pada temuan yang ada menunjukan bahwa politik identitas menjadi tantangan sendiri dalam membangun budaya nasional, Politik identitas di Indonesia telah berlangsung sejak era pembentukan negarabangsa hingga saat ini, hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Hidayat (2019). Dengan demikian, pertarungan dan mobilisasi kekuatan politik berdasarkan latar belakang identitas bukanlah fenomena baru di Indonesia (Wahidin et al, 2020).…”

“…Selanjutnya dampak maraknya praktik politik identitas di Indonesia Indonesia berbasis primordialisme ini adalah konflik antar kelompok yang memecah belah bangsa. Kondisi tersebut diperparah oleh realitas masyarakat post-truth Indonesia kontemporer, di mana fakta dan kebenaran dikalahkan oleh keyakinan dan emosi (Hidayat, 2019). Kondisi emosional masyarakat di era post-truth dituntun oleh merebaknya informasi di media sosial yang kurang bertanggung jawab, dengan menyebar hoaks, yang banyak beredar, terutama pada masa pemilu (Juditha, 2019).…”