Recurrent aphthous stomatitis is often found in the community, however, the definite cause is still unknown. One of the predisposing factors is Streptococcus sanguinis. Mostly, the treatment for RAS is symptomatic and supportive with antiseptic mouthwash such as 0.2% chlorhexidine gluconate, albeit, it has some side effects for long-term use. Herbal ingredients such as onion peel is expected to cure RAS at a relatively cheap price and minimum side effects. Onion peel (Allium ascalonicum) contains active compounds such as flavonoids, saponins, phenols, tannins, and alkaloids that are known to have antibacterial activity. This study aimed to determine the minimum inhibitory concentration (MIC) and minimum bactericidal concentration (MBC) of 96% onion peel ethanol extract on the growth of Streptococcus sanguinis. MIC was measured by broth microdilution using 10% DMSO solvent and seven concentrations of onion peel extract, and 0.2% chlorhexidine gluconate as the positive control. The results showed that 96% ethanol extract onion peel with a concentration of 40% was the minimum inhibitory concentration against Streptococcus sanguinis while the minimum kill concentration was 80%. In conclusion, the onion peel (Allium ascalonicum) ethanolic extract has a minimum inhibitory concentration (MIC) and minimum bactericidal concentration (MBC) on the growth of Streptococcus sanguinis.
Keywords: recurrent aphthous stomatitis; Streptococcus sanguinis; ethanol extract of onion peel
Â
Abstrak:Â Stomatitis aftosa rekuren sering dijumpai pada masyarakat namun etiologinya masih belum diketahui. Salah satu faktor predisposisi yaitu Streptococcus sanguinis. Penatalaksanaan penyakit ini umumnya simtomatis dan suportif dengan obat kumur antiseptik seperti klorheksidin glukonat 0,2%, namun obat tersebut memiliki efek samping untuk penggunaan jangka panjang. Pengobatan menggunakan bahan herbal seperti kulit bawang merah umumnya memiliki efek samping yang lebih minimal dan diharapkan dapat menyembuhkan SAR dengan harga relatif murah. Kulit bawang merah (Allium ascalonicum) mengandung senyawa aktif seperti flavonoid, saponin, fenol, tanin, dan alkaloid yang diketahui memiliki aktivitas antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar hambat minimum (KHM) dan kadar bunuh minimum (KBM) ekstrak etanol 96% kulit bawang merah terhadap pertumbuhan Streptococcus sanguinis. KHM diukur dengan teknik broth microdilution menggunakan pelarut DMSO 10% dan tujuh konsentrasi ekstrak kulit bawang merah. Klorheksidin glukonat 0,2% sebagai kontrol positif. Hasil penelitian mendapatkan ekstrak etanol 96% kulit bawang merah dengan konsentrasi 40% merupakan KHM terhadap Streptococcus sanguinis sedangkan KBM ialah 80%. Simpulan penelitian ini ialah ekstrak etanol kulit bawang merah (Allium ascalonicum) memiliki Kadar Hambat Minimum dan Kadar Bunuh Minimum terhadap pertumbuhan Streptococcus sanguinis.
Kata kunci: Â stomatitis aftosa rekuren; Streptococcus sanguinis; ekstrak etanol kulit bawang merah