2019
DOI: 10.35451/jkf.v2i1.282
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Dispepsia

Abstract: In the life of the general public, dyspepsia is often equated with heartburn, because there are similarities in symptoms between the two. This assumption is actually not quite right, because the word ulcer comes from Dutch, which means stomach, while the word dyspepsia comes from Greek, which consists of two words namely "dys" which means bad and "peptei" which means digestion. So dyspepsia means poor digestion. This type of research is descriptive correlational using cross sectional approach. This research wa… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
1

Citation Types

0
2
0
13

Year Published

2020
2020
2023
2023

Publication Types

Select...
6
1

Relationship

0
7

Authors

Journals

citations
Cited by 14 publications
(15 citation statements)
references
References 0 publications
0
2
0
13
Order By: Relevance
“…9 Selain itu pola makan perempuan terutama yang sedang menjalani diet merupakan salah satu faktor penyebab kejadian dispepsia. 10 Sebuah penelitian mengevaluasi diagnosis dispepsia fungsional menunjukkan bahwa kelompok terbesar usia penderita dispepsia adalah 46 hingga 60 tahun, disusul kelompok usia 31 hingga 45 tahun. Pada pasien antara usia 45 dan 60 tahun, tampak jelas bahwa gejala dispepsia umumnya disertai dengan lesi terbatas makroskopik pada mukosa lambung.…”
Section: Pembahasanunclassified
See 1 more Smart Citation
“…9 Selain itu pola makan perempuan terutama yang sedang menjalani diet merupakan salah satu faktor penyebab kejadian dispepsia. 10 Sebuah penelitian mengevaluasi diagnosis dispepsia fungsional menunjukkan bahwa kelompok terbesar usia penderita dispepsia adalah 46 hingga 60 tahun, disusul kelompok usia 31 hingga 45 tahun. Pada pasien antara usia 45 dan 60 tahun, tampak jelas bahwa gejala dispepsia umumnya disertai dengan lesi terbatas makroskopik pada mukosa lambung.…”
Section: Pembahasanunclassified
“…19 Sebuah meta-analisis dari 24 uji klinik (Randomizied Clinical Trial) mengevaluasi kemanjuran akupunktur untuk pengobatan dispepsia fungsional melaporkan perbaikan gejala dan kualitas hidup pasien. 10 Adanya ketidakpuasan pasien ganggan gastrointestinal yang menjalani pengobatan konvensional, menjadikan mereka beralih pada pengobatan komplementer yang menjadi pilihan yang cukup menarik bagi pasien. Perawatan gangguan gastrointestinal secara komplementer alternatif memberikan hasil yang lebih baik terutama dari segi kualitas hidup pasien.…”
Section: Pembahasanunclassified
“…Hal ini sejalan dengan asumsi penelitian sebelumnya Di Puskesmas Biak Muli Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara menyatakan ada hubungan pola makan dengan kejadian dispepsia dengan nilai P = 0,008 yang menjelaskan bahwa kejadian dispepsia akan terus beresiko pada penderitanya apabila tidak ditangani dengan serius. Pola makan yang benar dan sehat yaitu pola makan yang teratur setiap harinya (Sumarni & Andriani, 2019). Pemanfaatan fasilitas dan jaminan kesehatan pada penderita dispepsia menunjukan angka yang cukup tinggi, namun tidak di ikuti dengan angka kepemilikan jaminan kesehatan dan pemanfaatkan fasilitas kesehatan yang kurang (Oktapiani & Satria, 2018).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Tingginya angka kejadian dispepsia yang diperoleh dari Puskesmas di atas tentunya menjadi faktor penyebabnya. ( Sumarni et al, 2019) Hasil analisis menggunakan uji chi-square dengan signifikansi 95% (a 0,05) menggunakan SPSS, nilai Pearson Chi-Square sebesar 0,008. Berdasarkan hasil pengujian dapat diketahui bahwa p-value (0,008) yang diperoleh lebih kecil dari a (0,05).…”
unclassified
“…Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pola makan dengan kejadian dispepsia di wilayah kerja Puskesmas Biak Muli Kecamatan Bambel Kabupaten Aceh Tenggara. ( Sumarni et al, 2019) Berdasakan Frekuensi makan yang tidak sesuai mengakibatkan jeda waktu makan yang lama sehingga produksi asam lambung yang berlebihan dapat mengakibatkan terjadinya sindroma dispepsia. Hal ini sesuai dengan penelitian, dimana frekuensi makan 2 kali dalam sehari dan sebagian responden makan tidak teratur, atau hanya makan 1 kali dalam sehari sebanyak.…”
unclassified