Hubungan pola asuh dengan kejadian stunting (rekomendasi pengendaliannya di Kabupaten Lebong)

Abstract

Background: Lebong is the third highest district (34.4%) of stunting cases in Bengkulu Province, where the percentage of children under five is very short (11.8%) in Bengkulu2. The purpose of this study was to analyze the associated of parenting to stunting to children with ages 6-59 months and its control recommendation in Lebong district. 
 Method: The type of research used was observational analytic, case control study design and purposive sampling technique. The population is mother and children with ages 6-59 months in August 2018. Quantitative data analysis (univariate and bivariate). 
 Results: Stunting respondents in Lebong district had a history of parenting: non exclusive breastfeeding (55.20%), time for complementary feeding <6 months (55.20%), used poor health services (72.40%), low level of maternal knowledge (67.20%), poor environmental sanitation (77.60%) & poor psychosocial stimulation (94.80%). There was a relationship (P value <0.05) between history of breastfeeding, time of giving complementary feeding, utilization of health services, level of knowledge of mother, environmental sanitation, psychosocial stimulation to stunting in Lebong. 
 Conclusion: Three factors dominant of parenting have influence to stunting in Lebong are utilization of health services, level of mother knowledge and psychosocial stimulation. The model of controled stunting risk factors in Lebong can be done through family empowerment aimed at the individual, community and health service levels.
 
 Keywords: lebong, model, parenting style, stunting

Faktor Risiko Stunting Pada Anak Balita Di Kabupaten Lampung Tengah

“…Rendahnya pendapatan (kemiskinan) menyebabkan daya beli terhadap makanan menjadi rendah, sehingga konsumsi gizi menjadi berkurang, baik kebutuhan gizi ibu selama kehamilan dan gizi balita. Kemiskinan merupakan penentu umum dari malnutrisi yang Kristanti, Milantika/Jurnal Ruwa Jurai Volume 15, Number 2, 2021 (page 51-57) menyebabkan kerawanan pangan rumah tangga dan tidak optimalnya pemberian makanan pada balita (Adedeji et al, 2017;Anwar et al, 2020;He et al, 2018;Hidayah et al, 2019;Imelda et al, 2020;Indah Nurdin et al, 2019;Niga and Purnomo, 2016;Nugroho, 2016;Pelletier and Frongillo, 2003;Rahman, 2018a;Widyaningsih et al, 2018).…”

“…Hasil yang sama juga disampaikan (Checkley, 2003), gangguan pertumbuhan linier (stunting) sering terjadi pada balita miskin di Peru akibat penyakit diare yang berhubungan dengan sanitasi yang buruk. Hubungan stunting dengan infeksi terutama diare, akibat akses air bersih dan jamban sehat juga disampaikan oleh (Barth-Jaeggi et al, 2020;Cahyono et al, 2016;Hidayah et al, 2019;Kang et al, 2018;Karpati et al, 2020;Nadiyah et al, 2014;Rahman, 2018b;Yudianti and Saeni, 2017). Hasil penelitian di banyak negara menyimpulkan bahwa stunting faktor sosial ekonomi yang berdampak pada masalah gizi selama kehamilan, gizi pertumbuhan anak, dan infeksi akibat rendahnya akses air bersih dan jamban sehat (Kusumawati et al, 2015).…”

“…Stunting akan mempengaruhi perkembangan kognitif dan fisik anak-anak, meningkatkan risiko infeksi dan secara signifikan berkontribusi terhadap morbiditas dan mortalitas anak (Adedeji et al, 2017;Anwar et al, 2020;He et al, 2018;Hidayah et al, 2019;Imelda et al, 2020;Indah Nurdin et al, 2019;Niga and Purnomo, 2016;Nugroho, 2016;Pelletier and Frongillo, 2003;Rahman, 2018a;Widyaningsih et al, 2018). Perkembangan otak anak di masa golden period (0-3 tahun) akan terganggu, akibat terhambatnya pertumbuhan sel otak.…”

“…Banyak faktor yang berkontribusi terhadap kejadian stunting. Penentu umum yang dilaporkan pada penelitian sebelumnya adalah kemiskinan, pemberian makan yang kurang optimal, kerawanan pangan rumah tangga, pendidikan dan penyakit infeksi (Adedeji et al, 2017;Anwar et al, 2020;He et al, 2018;Hidayah et al, 2019;Imelda et al, 2020;Indah Nurdin et al, 2019;Niga and Purnomo, 2016;Nugroho, 2016;Pelletier and Frongillo, 2003;Rahman, 2018a;Widyaningsih et al, 2018). Defisiensi makanan terutama protein, zat besi, zink, kalsium, dan vitamin D, A dan C (Ministry of Health Indonesia, 2018; Siringoringo et al, 2020).…”

“…Defisiensi makanan terutama protein, zat besi, zink, kalsium, dan vitamin D, A dan C (Ministry of Health Indonesia, 2018; Siringoringo et al, 2020). Penyakit infeksi akibat paparan mikroorganisme dan parasit, berkaitan erat dengan akses terhadap air bersih dan jamban sehat (Barth-Jaeggi et al, 2020;Bomela, 2009;Cahyono et al, 2016;Checkley, 2003;Hidayah et al, 2019;Kang et al, 2018;Karpati et al, 2020;MCA-Indonesia, 2013;Nadiyah et al, 2014;Rahman, 2018b;Yudianti and Saeni, 2017). Jalur fecal-oral adalah kontak langsung, air, makanan, alat makan, dan vektor; dikenal dengan 5F: fluids-fingers-foodfields-flies (Pickering et al, 2018).…”