GORLIDS (Algorithm for Life Kids): Upaya Meningkatkan Pola Computational Thinking Anak usia 4-6 Tahun secara Problem Solving, Terstruktur, Kritis dan Logis

Abstract

Sistem pendidikan di Indonesia menurut berbagai lembaga survey kredibel dunia, menempati posisi bawah. Hal tersebut dikarenakan belum menerapkan metode pembelajaran Computational Thinking (CT) yang menuntut siswa berpikir problem solving secara terstruktur, kritis dan logis. Terbukti dari hasil kuesioner 60 responden menyatakan bahwa berpikir problem solving sebesar 58.7%, terstruktur 62.6%, kritis 58.3%, dan logis 57.8%, dengan rata-rata 59.35%. Penelitian ini menggunakan metode True Design Experimental yang mengetahui sebab dan akibat dari suatu tindakan. Penelitian yang dilakukan dengan memberikan sebuah permainan bernama GORLIDS, yaitu anak usia 4-6 tahun akan menyusun sebuah potongan puzzle secara acak, dalam hal ini anak menerima 3 tahapan bermain GORLIDS yaitu, (1) PreTest, (2) Treatment dan (3) PostTest. Didapatkan hasil PreTest bermain GORLIDS sebesar, 30% berpikir problem solving, 39% terstruktur, 55% kritis, dan 43% logis, sedangkan Hasil PostTest 84% berpikir problem solving, 80% terstruktur, 86% kritis dan 77% logis, dengan kenaikan 40%. Hal tersebut terbukti bahwa permainan GORLIDS dapat memunculkan sifat berpikir computational thinking anak.

Computational Thinking Instruments as a Problem-Solving Method in Object-Oriented Programming Materials in Vocational Schools

“…18 decomposition questions, namely 9 pretest questions number (6,33,34,35,36,37,38,39,40) and 9 posttest questions number (7,33,34,35,36,37,38,39,40). 18 algorithm design questions, namely 9 pretest questions (4,11,26,27,28,29,30,31,32) and 9 posttest questions (4,11,26,27,28,29,30,31) , 32). The research results tend to help teachers in the teaching and learning process, carry out evaluations and determine tools to measure students' CT abilities.…”

“…CT is a cognitive skill that makes it possible to solve complex problems, identify patterns, and divide a problem into small steps, organize and create a series of systematic steps and build data representations through simulation [2]. CT discusses the components of ways to generate solutions to a problem, designing systems and understanding behavior as well as abstraction and decomposition when solving a problem [4].…”

Workshop Pengenalan Aplikasi Scratch Sebagai Penunjang Pemahaman Materi Computational Thinking Untuk Siswa-siswi Man 2 Pekanbaru

“…Pada saat melakukan penelitiannya, papert menggunakan komputer dan perangkat lunak untuk menyelesaikan masalah geometris menyadari bahwa CT dapat digunakan dalam mendefinisikan hubungan antara masalah dan solusinya serta penataan data. Hal ini lah yang akhirnya melahirkan CT yang saat ini menjadi skill yang fundamental yang harus dimiliki oleh setiap orang di abad ke-21 (Bebras.or.id, n.d.;Kawuri et al, 2019;Lodi & Martini, 2021;Maharani et al, 2019;Nurmuslimah, 2019;Syarifuddin et al, 2019).…”

Implementasi computational thinking melalui model pembelajaran problem-based learning pada mata pelajaran IPA di SD

“…Kegiatan ini merupakan bagian dari fondasi abstraksi karena mereka mampu menghilangkan hal-hal yang dianggap tidak penting dan tidak mereka gunakan. Sesuai dengan pengertiannya yaitu kemampuan menyaring informasi yang tidak dibutuhkan dan mengambil kesimpulan dari informasi yang dibutuhkan sehingga seseorang dapat menggunakan informasi tersebut untuk mengatasi masalah (Syarifuddin et al, 2016).…”