2020
DOI: 10.32419/jppni.v4i3.190
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Gambaran Tingkat Kecemasan Korban Gempa Lombok

Abstract: ABSTRAKGempa bumi secara konsisten terbukti berhubungan dengan masalah kesehatan mental seperti cemas, depresi dan gangguan stres pasca-trauma segera setelah bencana. Kondisi tersebut akan semakin memburuk bila tidak dideteksi sejak dini dan ditangani dengan baik, sehingga membutuhkan pelayanan kesehatan mental (trauma healing). Kecemasan yang berlebihan dapat mempunyai dampak yang merugikan pada pikiran serta tubuh bahkan dapat menimbulkan penyakit fisik. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ting… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
2
1

Citation Types

0
0
0
2

Year Published

2020
2020
2024
2024

Publication Types

Select...
6

Relationship

0
6

Authors

Journals

citations
Cited by 6 publications
(6 citation statements)
references
References 0 publications
0
0
0
2
Order By: Relevance
“…Bencana alam seperti gempa bumi dapat menyebabkan rumah tangga terutama yang lebih miskin mengalami kehilangan asset dan kesejahteraan (Markhvida et al, 2020). Penyintas bencana seperti gempa bumi mengalami masalah yang berkaitan dengan kondisi fisik (Sherchan et al, 2018;Thoyibah et al, 2020) seperti penyakit fisik kronis (Maeda & Oe, 2017), cedera traumatis dan kondisi terkait (Barbour, 2014), tetapi juga masalah kesehatan mental (Hechanova & Waelde, 2017;Thoyibah dkk., 2020;Mutianingsih & Mustikasari, 2019;Zhang et al, 2014;Zuhri, 2009;Hugelius et al, 2017). Bencana menyebabkan masalah kesehatan fisik dan mental tetapi masalah kesehatan mental dilaporkan lebih sering daripada cedera fisik dan berlangsung lebih lama daripada masalah fisik (Hugelius et al, 2017).…”
Section: Latar Belakangunclassified
“…Bencana alam seperti gempa bumi dapat menyebabkan rumah tangga terutama yang lebih miskin mengalami kehilangan asset dan kesejahteraan (Markhvida et al, 2020). Penyintas bencana seperti gempa bumi mengalami masalah yang berkaitan dengan kondisi fisik (Sherchan et al, 2018;Thoyibah et al, 2020) seperti penyakit fisik kronis (Maeda & Oe, 2017), cedera traumatis dan kondisi terkait (Barbour, 2014), tetapi juga masalah kesehatan mental (Hechanova & Waelde, 2017;Thoyibah dkk., 2020;Mutianingsih & Mustikasari, 2019;Zhang et al, 2014;Zuhri, 2009;Hugelius et al, 2017). Bencana menyebabkan masalah kesehatan fisik dan mental tetapi masalah kesehatan mental dilaporkan lebih sering daripada cedera fisik dan berlangsung lebih lama daripada masalah fisik (Hugelius et al, 2017).…”
Section: Latar Belakangunclassified
“…Bahkan, selama periode bulan Juli sampai September 2018, Pulau Lombok telah diguncang oleh serangkaian gempa bumi. Rentetan gempa tersebut di mulai pada tanggal 29 Juli 2018 dengan gempa berkekuatan 6,4 SR mengguncang wilayah Kabupatan Lombok Utara, Kabupaten Lombok Timur, dan Kota Mataram (Thoyibah, Dewi Nur Sukma Purqoti, and Elisa Oktaviana 2020). Selanjutnya, pada tanggal 5 Agustus 2018 terjadi gempa dengan kekuatan 7,0 SR yang diikuti sistem peringatan dini tsunami.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Penelitian Thoyibah et al, (2020) menyatakan korban gempa Lombok yang mengalami gempa berkali-kali sejak tahun 2018 sebanyak 14.89% mengalami tingkat kecemasan berat, dengan sebanyak 85.2% menunjukkan gejala neurosis, 29.5% mengalami gejala psikotik, dan 64.7% mengalami gejalan PTSD. Penelitian Casman et al, (2023) menunjukkan rerata skala kecemasan pada anak korban gempa bumi Cianjur sebesar 4.8.…”
Section: Latar Belakangunclassified