Factors Associated with Long-Term Control of Type 2 Diabetes Mellitus

Abstract

Aims. This study assessed factors associated with glycemic control among Saudi patients with Type 2 diabetes mellitus (T2DM). Methods. We conducted an analytical cross-sectional study, which included a random sample of 288 patients with T2DM proportional to the diabetes population of each primary health care center in Jazan city, Kingdom of Saudi Arabia. Results. More than two-thirds (74%) of patients had poor glycemic control. Lack of education, polypharmacy, and duration of diabetes ≥ 7 years were significantly associated with higher glycated hemoglobin (HbA1c). Moreover, patients who were smoker or divorced were significantly more likely to have higher HbA1c. The patients who did not comply with diet or take their medications as prescribed had poor glycemic control. The study found lower HbA1c levels among patients who received family support or had close relationship with their physicians. Similarly, knowledgeable patients towards diabetes or those with greater confidence in ability to manage self-care behaviors had a lower HbA1c. In contrast, risk factors such as depression or stress were significantly correlated with poorer glycemic control. Conclusion. The majority of T2DM patients had poor glycemic control. The study identified several factors associated with glycemic control. Effective and tailored interventions are needed to mitigate exposure to these risk factors. This would improve glycemic control and reduce the risks inherent to diabetes complications.

Impact of health education program on diabetic control among diabetic patient managed at diabetic and endocrine center in Bisha, Saudi Arabia

“…Since diabetes mellitus is associated with high rates of acute and chronic medical, social and psychological problems, the reduction and prevention of these problems cannot be achieved without health education to the patients and their involvement in caring for themselves [12]. Studies on the impact of diabetes health education on glycemic control in Saudi Arabia are very few, and almost all of these studies were conducted to determine the role of knowledge and attending the education program on patient's diabetes control [13,14].…”

Hubungan Penerimaan Diri Dan Tingkat Stres Pada Penderita Diabetes Mellitus

“…Diperkuat oleh Perkeni (2011) menyatakan bahwa usia merupakan faktor resiko penyakit diabetes karena seiring dengan meningkatnya usia maka akan meningkat intoleransi glukosa ("infodatin-diabetes.pdf," n.d.). Penelitian (Badedi et al, 2016) juga mendukung hasil penelitian menjelaskan bahwa penderita diabetes cenderung meningkat pada usia lanjut lebih dari 65 tahun yaitu sebanyak 90,0%. Hal inilah yang ningkatnya usia membuktikan bahwa semakin memaka semakin beresiko terkena penyakit diabetes seperti yang terjadi pada responden penelitian.…”

“…Hasil penelitian ini sejalan dengan laporan kesehatan oleh ("infodatindiabetes.pdf," n.d.) yang menyatakan bahwa sebagian besar lansia penderita diabetes berpendidikan tingkat menengah (SMP). Berdasarkan penelitian oleh (Badedi et al, 2016) bahwa tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap perawatan penyakit diabetes. Kemampuan menyerap dan memahami informasi bagi seseorang pada level yang lebih tinggi biasanya mempengaruhi kesadaran dalam menjaga kesehatannya (Badedi et al, 2016).…”

“…Berdasarkan penelitian oleh (Badedi et al, 2016) bahwa tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap perawatan penyakit diabetes. Kemampuan menyerap dan memahami informasi bagi seseorang pada level yang lebih tinggi biasanya mempengaruhi kesadaran dalam menjaga kesehatannya (Badedi et al, 2016). Hal ini menunjukkan bahwa pada usia lanjut memiliki keterbatasan kemampuan memperoleh informasi dalam mencapai derajat kesehatannya .…”

“…Gangguan tersebut dapat menimbulkan permasalahan misalnya penderita diabetes merasa lemah karena harus membatasi diet, setiap perubahan dalam kesehatan dapat menjadi stressor sehingga meningkatkan kadar glukosa dalam darah (Bener, Al-hamaq, & Dafeeah, 2011). Saat terjadinya stres emosional, penderita diabetes tidak dapat menjaga kadar glukosa dalam darah bahkan tidak menjaga diet diabetesnya serta tidak mematuhi terapi diabetes yang dianjurkan oleh dokter (Badedi et al, 2016). Hal ini tidak berarti bahwa seseorang tidak mampu melakukan pemecahan masalah, melainkan perlu sebuah keputusan dengan penuh kesadaran untuk menerima keadaan seperti apa adanya (Misdarina, 2012).…”