Evaluasi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Tifoid Rawat Inap di Salah Satu Rumah Sakit Pemerintah Provinsi Bali dengan Metode Gyssens dan ATC/DDD

Abstract

Typhoid is a global health problem especially in developing countries, one of which is in Indonesia. The incidence of antibiotic resistance in typhoid therapy can occur due to inappropriate use of antibiotics. This study aims to determine patterns of antibiotic use as well as the quality and quantity of antibiotic use in typhoid therapy in one of the provincial government hospitals in Bali. This study was an observational study conducted retrospectively which was analyzed using the Gyssens and ATC/DDD methods. The research data were taken from the medical records of patients in the January-December 2019 period that met the inclusion criteria. The results showed that of the 40 total antibiotics prescribing, ceftriaxone was the most widely used antibiotic for typhoid therapy. The quality of antibiotic use as much as 40% is stated rational (category 0), while the other 60% is irrational (categories I-VI) which includes the use of antibiotics with incorrect interval of administration (IIB; 5%), the use of antibiotics that is too long (IIIA; 40%), the use of antibiotics that are too short (IIIB; 5%), there are other antibiotics that are more effective (IVA; 5%), and there are other antibiotics that are less toxic/safer (IVB; 5%). The quantity of antibiotic use was stated more than WHO standards which includes the use of ceftriaxone at 83.80 DDD/100 patient days; levofloxacin at 27.47 DDD/100 patient days; and azithromycin at 3.52 DDD/100 patient days. The results of this study are expected to be a consideration for the hospital as a material for evaluation and improvement in order to improve the rationality of antibiotic use.

Implementasi Rasionalitas Penggunaan Antibiotik pada Beberapa Rumah Sakit di Indonesia: Kajian Literatur Mengenai Kualitas dan Tantangannya

“…Fluorokuinolon dapat menyebabkan perubahan pada glukosa darah melalui penghambatan adenosine 5'-triphosphate (ATP) sensitif kanal kalsium pada sel β pankreas yang berperan mengatur masuknya kalsium dan meningkatkan pelepasan insulin [42]. Pemberian antibiotik yang aman, yaitu kategori IVb menjadi salah satu parameter rasionalitas penggunaan antibiotik, namun masih terdapat penelitian menemukan pemberian antibiotik yang tidak aman, beberapa diantaranya disebabkan pasien mengalami alergi, penggunaan antibiotik kloramfenikol pada pasien dengan nilai hemoglobin rendah atau mendekati ambang batas bawah, dan penggunaan antibiotik klindamisin yang masih digunakan walaupun menimbulkan efek samping pada pasien [17,23,29]. Adanya antibiotik dengan harga lebih murah namun memiliki efektivitas yang sama menjadi parameter rasionalitas dalam penggunaan antibiotik kategori IVc.…”

Studi Prediktor Lama Tinggal Pada Pasien Demam Tifoid Di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin

“…Hal ini kemungkinan dapat disebabkan karena jumlah sampel yang mereka gunakan jauh lebih sedikit (36 orang). 17 Bila ditinjau dari golongan antibiotik yang digunakan menunjukkan hasil yang konsisten dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Rufaie dkk. (2020) di RS Universitas Muhammadiyah Malang.…”

Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Demam Tifoid Di Rumah Sakit X Swasta Bekasi Pada Tahun 2020

“…Demam tifoid dapat terjadi pada perempuan dikarenakan perempuan lebih berpeluang untuk terkena dampak yang lebih berat atau mendapat komplikasi dari demam tifoid. Salah satu teori mengatakan bahwa Salmonella typhi masuk ke dalam sel-sel hati, sehingga hormon estrogen akan bekerja lebih berat (Sukmawati et al, 2020). Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan jumlah pasien berdasarkan kelompok umur menurut DepKes RI dibagi menjadi 5 yaitu masa remaja (18-25 tahun), masa dewasa awal (26-35 tahun), masa dewasa akhir (36-45 tahun), masa lansia awal (46-55 tahun), dan masa lansia akhir (> 55 tahun).…”

“…Rute pemberian antibiotik merupakan faktor yang dapat menentukkan ketepatan penggunaan antibiotik (Sukmawati et al, 2020). Keunggulan rute pemberian secara intravena adalah memiliki onset yang cepat dan bioavailabilitasnya yang lebih baik dibandingkan dengan rute per oral sehingga efek terapetik obat akan lebih cepat tercapai (Patattan, 2017).…”