Pulau Lombok berada di antara dua lempeng besar yaitu lempeng Asia dan lempeng Australia sehingga Pulau Lombok sangat rawan terhadap guncangan gempa bumi dan pergeseran tanah. Faktor yang mempengaruhi nilai percepatan tanah maksimum yaitu kondisi geologi dan karakteristik wilayah tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis nilai percepatan tanah maksimum menggunakan rumus empiris Donovan, Guirre, dan Mickey di Pulau Lombok dengan data sekunder gempa bumi Lombok dari Juli September 2018. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai percepatan tanah maksimum paling tinggi sebesar 0,11191 gal yang terjadi di daerah Lombok Utara yang setelah kejadian gempa termasuk kategori mengalami kerusakan berat. Nilai percepatan tanah maksimum terkecil terjadi didearah Lombok Tengah dengan besar 0,03441 gal dan termasuk kategori sangat ringan. Dari ketiga rumusan, yang mendekati nilai percepatan tanah maksimum berdasarkan peta Shakemap yaitu rumusan Guirre.