Ekspresi Bentuk Klimatik Tropis Arsitektur Tradisional Nusantara dalam Regionalisme

Abstract

Kehandalan arsitektur tradisional Nusantara dalam merespon iklim sudah banyak teruji melalui beberapa penelitian terkait dengan penciptaan performa lingkungan ruang dalam. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ekspresi klimatik yang tercermin pada bentuk elemen arsitektur tradisional Nusantara sebagai akibat dari respon iklim makro tropis lembab. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan melakukan kompilasi tipologi arsitektur tradisional di beberapa wilayah di Indonesia. Hasil kompilasi dikaitkan dengan sistem klasifikasi iklim dari Koppen dengan menganalisis perilaku beberapa variabel iklim seperti radiasi matahari, suhu, angin, dan curah hujan. Hasil penelitian ini adalah interpretasi bentuk-bentuk elemen geometris yang terdapat pada selubung bangunan sebagai bentuk respon iklim mikro dan makro yang melekat pada selubung bangunan arsitektur tradisional Nusantara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa klasifikasi iklim makro tidak memberikan korelasi yang kuat dengan bentuk rumah tradisional Nusantara. Bentuk arsitektur lebih dipengaruhi oleh iklim mikro, terutama bentuk atap rumah tradisional yang memiliki peran dominan dalam beradaptasi dengan iklim, berupa ekspresi kecuraman atap. Secara anatomi, atap sebagai representasi kepala memberikan dimensi yang lebih besar dibandingkan badan dan kaki. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi perancangan arsitektur masa kini yang mempertimbangkan regionalisme dari aspek klimatik.

Implementasi Konsep Arsitektur Tradisional Bali dan Prinsip Sustainable Desain (Kasus: Bangunan Pengelola Showcase Mangrove TAHURA Ngurah Rai)

“…Arsitektur tradisional merupakan bagian dari kebudayaan dan kemunculannya dilatarbelakangi oleh norma-norma agama, adat kebiasaan setempat dan berdasarkan keadaan alam setempat (Gelebet, 1982 : 1;Newmark & Thomson, 1977: 30-47 dalam Susanta,N:2017. Arsitektur tradisional secara anatomi dapat terbagi dalam 3 komponen yaitu atap, dinding dan lantai (Prasetyo, Astuti: 2017). Ketiga komponen ini memiliki fungsi yaitu:…”

The Impact of Tropical Vernacular Courtyard on Air Temperature Reduction The Case Study of Djaduk Ferianto's House

“…Several researchers have studied passive design strategies, which are summarized in design criteria, such as building orientation that stretches east-west (Beccali et al, 2018;Prasetyo, 2016;Sardjono, 2011), wind direction (Manzano-Agugliaro et al, 2015;Nguyen et al, 2011), slim building massing and the presence of a veranda (Nguyen et al, 2011;Nugroho, 2012), roof with a large slope, lightweight materials, roof openings, wide eaves (Beccali et al, 2018;Hildegardis et al, 2019;Nguyen et al, 2011;Victoria et al, 2017), thin walls made of lightweight materials (Hildegardis et al, 2019;Manzano-Agugliaro et al, 2015), porous walls (Nugroho, 2012;Prasetyo et al, 2017), proper placement and size of openings (Beccali et al, 2018;Victoria et al, 2017), platform floor with a certain height and floor gap (Prasetyo et al, 2017;Sardjono, 2011;Victoria et al, 2017), landscaping with shade plants and placement on the west side (Nugroho, 2018;Prasetyo, 2016). These criteria are increasingly complete with the latest research on passive design in contemporary buildings in the tropics.…”