Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Tenaga Kerja dan Modal pada Usahatani Kedelai di Kelurahan Pamona Kecamatan Pamona Puselemba Kabupaten Poso

Abstract

Abstrak Tujuan penelitian ini ialah menganalisis efisiensi penggunaan faktor produksi tenaga kerja dan modal pada usahatani kedelai di Kelurahan Pamona Kecamatan Pamona Puselemba Kabupaten Poso dengan indikator berupa elastisitas faktor produksi, skala usaha, dan Nilai Produk Marginal (NPM Kata kunci : efisiensi, faktor produksi, tenaga kerja, modal, usahatani kedelai Abstract The purpose of this research is to analyze the using efficiency of labor and capital production factors in soybean farming at Pamona Village Pamona Puselemba District Poso Regency with indicators of input elasticity, return to scale, and Marginal Product Value (MPV). Research subjects are 20 soybean farmers which constitutes the number of population element of soybean farmers at Pamona Village. Data is assembled through interviewing research subjects and filling up the questionairres, and then is analyzed with Cobb-Douglas production function analysis, the calculations of return to scale, Marginal Product Value (MPV), and MPV/PFP (Production Factor Price) ratio. Results indicate that labor has negative effect on soybean production (elasticity -1.38956), not efficient or overly abundant ) and needs to be reduced to increase production. On the contrary, capital gives positive effect on soybean production (elasticity 1.00099), has not yet efficient (MPV/PFP ratio 2.772) and should be raised so that production and producers' income could be improved. Soybean farming exists at decreasing return to scale where the increasing of both labor and capital simultaneously causes the lowering of production. Technical guidance and credit support for provisioning cash money are needed by farmers to achieve production efficiency of soybean farming.

Analisis Potensi Pengembangan Agribisnis Kedelai di Wilayah Lahan Kering Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat

“…Tingkat produksi ini baru mencapai 83,39 % dari rata-rata produktivitas usahatani kedelai di tingkat Kabupaten Lombok Tengah yang mencapai 9,60 ku/ha. Hasil ini masih jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan produktivitas kedelai di Kabupaten Poso yang mencapai sebesar 16.82 ku/ha (Mamondol, 2017). Hal ini akibat dari belum optimalnya adopsi teknologi budidaya kedelai yang tergolong sedang.…”

“…tanam kedelai Kabupaten Lombok Tengah di lahan kering 13 623 ha, terluas di Kecamatan Pujut mencapai 39,41 %. Rata-rata produktivitas usahatani kedelai di Lombok Tengah sebanyak 9,60 ku/ha dan di Propinsi NTB sebanyak 10,723 ku/ha, masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan produktivitas kedelai di Kabupaten Poso(Mamondol, 2017) Dengan menggunakan kedua tingkat produktivitas tersebut maka estimasi potensi produksi kedelai Lombok Tengah sebanyak 130.780 ku dan di NTB sebanyak 146.038,56 ku. Rincian tentang luas tanam kedelai serta estimasi potensi produksinya di Kabupaten Lombok Tengah pada Tabel 4.…”

Analisis Efisiensi Alokasi Penggunaan Faktor Produksi Pada Usahatani Tomat Di Kecamatan Kapontori Kabupaten Buton

“…Return to scale (RTS) digunakan untuk mengetahui apakah suatu usaha yang diteliti mengikuti kaidah increasing, constant atau decreasing return to scale (Mamondol, 2017). Untuk menjelaskan hal ini digunakan besaran elastisitas b 1 , b 2 , b 3 , b 4 , b 5 ...bn yang mempunyai kemungkinan lebih dari satu, sama dengan satu atau lebih kecil dari satu.…”

Influence of Internal and External Factors for Youth Agripreneurship Development in Sumatra Region

“…The agricultural sector is the third sector in Indonesia which has contributed by 12.72% to GDP in 2019 and has decreased over the last 10 years (Statistics of Indonesia, 2020). The decrease in the contribution of the agricultural sector was influenced by decrease in crop productivity due to reduced of land (Usman and Juliyani, 2018;Santoso, 2015), climatic factors include rainfall, rainy days, and humidity (Tampubolon and Sihombing, 2017;Sihombing et al, 2020), the use of production costs such as subsidized fertilizers and pesticides (Santoso, 2015;Listiani et al, 2019), the capital used (Mamondol, 2017), skills and the total of labor required (Suwarto, 2008;Langit and Ayuningsasi, 2019) and other factors.…”