<p>Pangan fungsional prospektif untuk dikembangkan di Indonesia dan mempunyai peluang dalam perdagangan ekspor. Pengembangan pangan fungsional perlu didukung dengan jaminan kualitas produk, keberterimaan produk, dan perlindungan produk dalam bentuk pengawasan. Tiga hal ini dapat dilakukan melalui penerapan standardisasi. Jaminan kualitas atas keamanan, keselamatan dan kesehatan produk dilakukan melalui penyusunan dan penerapan Standar Nasional Indoensia (SNI), sedangkan keberterimaan dan pengawasan produk dilakukan melaui penyusunan skema penilaian kesesuian. Penilaian kesesuaian menjadi sangat penting, karena standar tidak akan bisa diterapkan apabila sistem dan skema penilaian kesesuaian tidak ada. Tujuan penelitian ini adalah memetakan lembaga penilaian kesesuaian sebagai infrastruktur mutu penerapan standar pangan fungsional. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif eksploratif untuk menghimpun informasi awal yang akan membantu upaya menetapkan titik kritis masalah skema penilaian kesesuain dan merumuskan rekomendasi kebijakan skema penilaian kesesuian pangan fungsional. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh sampel 15 jenis produk inovasi pangan fungsional dengan bahan alam kakao, teh, manggis, pisang, mocaf dan teripang. Keenambelas produk tersebut memiliki 36 parameter mutu, 7 parameter keamanan dan 22 komponen bioaktif. Kesiapan lembaga penilaian kesesuaian (laboratorium) yang terakreditasi KAN yang dapat menilai parameter mutu, keamanan dan komponen bioaktif terdiri 64 laboratorium pada bahan alam kakao, 33 laboratorium bahan alam teh, 3 laboratorium bahan alam manggis, 9 laboratorium bahan alam pisang, 23 laboratorium bahan alam mocaf dan 5 laboratorium bahan alam teripang.</p>