Since 2005, ramin has been included in CITES Appendix II and according to IUCN red list, ramin is also regarded as vulnerable (VU A1cd). The Lack of information on explant sterilization techniques in ramin tissue
ABSTRAKSejak 2005, ramin termasuk dalam CITES Appendix II dan menurut daftar merah IUCN, ramin juga termasuk kategori rentan (VU A1cd). Kurangnya informasi teknik sterilisasi eksplan pada kultur jaringan ramin merupakan salah satu alasan mengapa belum ada cukup inisiasi untuk mengembangkan perbanyakan ramin secara mikro. Kontaminasi pada kultur jaringan mempunyai dampak ekonomi akibat pengaruh langsung pada kerugian selama kultur in vitro tanaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan observasi pengaruh teknik sterilisasi eksplan terhadap perolehan kultur aksenik ramin, dengan tingkat pertambahan kontaminasi, perolehan kultur aksenik dan panjang tunas sebagai parameter. Anakan ramin digunakan sebagai sumber eksplan yang dikoleksi dari Tumbang Nusa, Kalimantan Tengah. Lima puluh replikasi eksplan satu nodul masing-masing dalam 3 teknik pada penelitian in yang berdasarkan waktu inkubasi in vitro yaitu sterilisasi 1 (24 jam inkubasi), sterilisasi 2 (48 jam inkubasi) dan sterilisasi 3 (72 jam inkubasi), dengan senyawa antimikrobia bukan logam yaitu detergent, ditiokarbamat dengan bahan aktif mankozeb (senyawa A), senyawa berbahan aktif NaOCl 5,25% yang ditambahkan sodium hipoklorit dan hydrogen oksida (senyawa B), alkohol 70% (senyawa C) untuk sterilisasi permukaan eksplan. Murashige-skoog digunakan sebagai media untuk evaluasi teknik sterilisasi dan regenerasi eksplan selama 1 tahun inkubasi. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa pertambahan tingkat kontaminasi terendah adalah pada pengulangan sterilisasi 3 (28%) dengan kultur aksenik tertinggi 46%. Rata-rata pemanjangan tunas pada kultur aksenik ini adalah 5,91 cm setelah 1 tahun di subkultur setiap bulan.Kata kunci: in vitro, kontaminasi, mortalitas, antimikrobia bukan logam
I. PENDAHULUANRamin merupakan salah satu kayu ekspor utama Asia Tenggara. Indonesia merupakan pengekspor terbesar dengan tujuan utama negara-negara Eropa. Produksi kayu ramin terus menurun dari tahun ke tahun karena tingginya eksploitasi tanpa diimbangi penanaman kembali.