2018
DOI: 10.31629/kiprah.v6i2.860
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

BAHASA DAN KEKUASAAN POLITIK OPOSAN DI INDONESIA: ANALISIS Wacana KRITIS

Abstract: Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan relasi-relasi kekuatan tak-tampak (hidden power) dengan proses ideologis yang muncul dalam wacana lisan atau tulisan. Fokus penelitian ini adalah pada gaya bahasa yang dipilih oleh para politikus oposan. Penelitian ini menggunakan metode Analisis Wacana Kritis model Fairclough. Korpus data diperoleh secara acak dari 4 media sosial daring nasional yang tersaji di internet. Data diambil selama 3 bulan. Dari hasil penelitian diketahui, ada 4 kelompok dan 36 … Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1
1
1

Citation Types

0
2
0
5

Year Published

2020
2020
2021
2021

Publication Types

Select...
5
1

Relationship

0
6

Authors

Journals

citations
Cited by 7 publications
(7 citation statements)
references
References 8 publications
0
2
0
5
Order By: Relevance
“…Data hasil tes kemampuan berpikir kritis peserta didik dikumpulkan dalam dua tahapan yaitu, sebelum diberi perlakuan (pretest) dan sesudah diberi perlakuan (posttest). Data tersebut disajikan dalam tabel 1 berikut: (Indraswati et al, 2021;Makhrus et al, 2021), selain itu adanya beberapa media yang digunakan pada pembelajaran membuat peserta didik mampu berpikir kritis (Kuntarto, 2018;Moch Alif Mahfudin et al, 2020;Sari et al, 2021)…”
Section: Hasil Dan Pembahasanunclassified
“…Data hasil tes kemampuan berpikir kritis peserta didik dikumpulkan dalam dua tahapan yaitu, sebelum diberi perlakuan (pretest) dan sesudah diberi perlakuan (posttest). Data tersebut disajikan dalam tabel 1 berikut: (Indraswati et al, 2021;Makhrus et al, 2021), selain itu adanya beberapa media yang digunakan pada pembelajaran membuat peserta didik mampu berpikir kritis (Kuntarto, 2018;Moch Alif Mahfudin et al, 2020;Sari et al, 2021)…”
Section: Hasil Dan Pembahasanunclassified
“…Speech (4) is a speech of a netizen with the aim of denouncing supporters of one of the candidates . Language is used as a political tool and not as an interaction tool as intended in politeness theory [ 24 ]. In the context, the speaker comment about Ahok's popularity in the perspective of young people.…”
Section: Sarcasmmentioning
confidence: 99%
“…Presentation of reality into negative and positive patterns is commonly used for political languages. Political language is understood as a language as a political tool (Kuntarto, 2018), which is used to defend the right or continue or seize power and authority (Sofyan, 2014).…”
Section: Introductionmentioning
confidence: 99%