Asthenopia: Diagnosis, Tatalaksana, Terapi

Abstract

Asthenopia (kelelahan mata) merupakan sekumpulan gejala berupa permasalahan pada penglihatan (visual), mata (okular), dan muskuloskeletal yang umumnya terjadi hilang timbul. Keluhan ini sering muncul akibat pengaruh penggunaan perangkat digital dalam waktu yang lama terutama lebih dari 6 jam perhari. Penderita asthenopia secara global mencapai 60 juta orang yang didominasi usia muda. Gejala asthenopia yang paling sering dirasakan adalah keluhan mata kering, kesulitan dalam memfokuskan objek, mata tegang, mata lelah, dan sakit kepala. Diagnosis asthenopia dapat dilakukan secara subjektif dengan menggunakan kuesioner standar ataupun secara objektif dengan pemeriksaan lanjutan. Pemeriksaan yang dapat dilakukan berupa pengukuran Critical Flicker-fusion Frequency (CFF), pengukuran frekuensi berkedip, kemampuan akomodasi, serta refleks cahaya dan ukuran pupil yang dapat memberikan gambaran lebih jelas ke arah asthenopia. Tatalaksana dan terapi pada asthenopia diberikan untuk meredakan gejala dan mengatasi penyebabnya seperti terapi untuk mengatasi mata kering, koreksi gangguan refraksi, terapi gangguan akomodasi dan vergensi, dan penggunaan kacamata filter cahaya biru. Walaupun asthenopia terjadi secara hilang timbul, penyakit ini dapat menjadi menetap dan berkembang menimbulkan keluhan permanen. Artikel ini ditulis berdasarkan hasil literature review dari penelitian terkait diagnosis, tatalaksana, dan terapi asthenopia yang sudah dipublikasi. Penulisan artikel ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam menindaklanjuti kasus asthenopia sehingga prevalensi dan insidensinya dapat ditekan.

Hubungan Kualitas Tidur, Durasi, dan Posisi Penggunaan Smartphone dengan Kejadian Asthenopia pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Angkatan 2022

“…Asthenopia atau kelelahan mata (eye strain) merupakan kumpulan gejala terkait dengan masalah penglihatan (visual), mata (okuler), dan muskuloskeletal. Asthenopia terjadi secara hilang timbul, namun kelainan ini dapat menetap dan berkembang menimbulkan keluhan permanen (Pratama et al, 2021).…”

“…Data menunjukkan penggunaan perangkat digital lebih dari 6 jam dalam sehari memicu kemunculan keluhan asthenopia. (Pratama et al, 2021). Di Indonesia, sebanyak 60 juta orang menderita masalah mata yang jumlahnya meningkat satu juta pertahun (Gumunggilung et al, 2021).…”

Overview and Correlation Between Work Stress and Dry Eyes Syndrome among Nurses in Indonesia

“…Even in some severe cases, nurses can not work anymore and quit their jobs. Stress that occurs continuously and increases frequently will make nurses feel frustrated, emotionally and physically tired, anxious, depressed, and not eager to work (Faizi & Kazmi, 2017;Putu et al, 2021). Work fatigue for a long time will result in uncontrolled stress.…”

“…Low air humidity can activate tear evaporation and cause dry eyes syndrome (Golden, M. I., Meyer, J. J., & Patel, 2022). Reducing the symptoms of dry eyes syndrome by making the eye layer awake using eye drops, eating foods containing omega-3 fats, and blinking exercises (Putu et al, 2021;Chester, 2021).…”

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Kelelahan Mata Pada Pekerja Kantor X Karanganyar

“…Faktor lain disebabkan karena perempuan lebih beresiko dan lebih sering mengalami kelelahan mata, kemudian seiring bertambahnya usia perempuan akan mengalami penipisan air mata dan adanya perbedaan fisiologis seperti massa tubuh dan fungsi hormon antara perempuan dan laki-laki (10) . Kelelahan mata juga dapat terjadi terutama pada seseorang yang menderita astigmatisme dan/atau presbiopi (11) .…”