Dysphagia can be caused by mechanic or neurologic disorders. Neurologic dysphagia is commonly related to cerebrovascular disease, parkinson disease, amyotropic lateral sclerosis, tardive dyskinesia, and myasthenia gravis (MG). About 15-40% dysphagia occurred in MG generalized type. Only 6% MG with dysphagia were reported as a single symptom. The case reports aimed to demonstrate the role of otolaryngologist in multidisciplinary approach of the MG management. Two cases of MG were reported. First case was a 33 years old woman with moderate MG generalized type with ocular, dysphagia, and disarthria symptoms and second case was a 46 years old man with acute severe MG with crisis. Management therapy was applied according to onset and severity of MG. Acetylcholinesterase (AChE) and corticosteroid were administered for the first case, whereas therapeutic plasma exchange (TPE) for second case. In conclusion, disfagia in MG can be accompanied with other symptom, therefore its management should be based on the severity in order to give a positive result. ABSTRAK Disfagia dapat disebabkan oleh gangguan mekanik maupun motorik. Disfagia akibata gangguan saraf umumnya dikaitkan dengan penyakit cerebrovaskuler, parkinson, amyotropic lateral sclerosis, tardive dyskinesia dan miastenia gravis (MG). Sekitar 15-40% disfagia terjadi pada MG tipe generalisata. Hanya 6% disfagia dilaporkan sebagai gejala tunggal pada MG. Laporan kasus ini bertujuan memberikan gambaran peran ahli THT dalam penatalaksanaan MG secara multidisiplin. Dua kasus disfagia akibat MG telah dilaporkan. Kasus pertama adalah wanita berumur 33 tahun dengan MG tipe generalisata derajat sedang dengan gejala ocular, disfagia dan disartria. Kasus kedua seorang seorang pria berumur 46 tahun dengan MG akut berat dengan krisis. Penatalaksanaan terapi dilakukan menurut onset dan keparahan MG. Asetilkolinesterase (AChE) dan kortikosteroid diberikan untuk kasus pertama, sedangkan terapi pertukaran plasma (TPP) untuk kasus kedua. Dapat disimpulkan, disfagia pada MG dapat desertai gejala lain sehingga tatalaksananya harus diberikan sesuai derajat keparahan penyakit agar memberikan respon yang baik.