Kota Probolinggo merupakan salah satu kota peninggalan zaman penjajahan Belanda. Menurut Hidayat & Widriyakara (2018), Kota Probolinggo menerapkan bentuk pengawasan panoptikon. Namun definisi panopticon tersebut tidak sepenuhnya terepresentasikan secara fisik pada tata Kota Probolinggo. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan bahwa Kota Probolinggo tidak hanya merupakan bentuk kota yang menerapkan pengawasan fisik tetapi juga menggambarkan panoptisisme. Dengan menggunakan analisis deskriptif sinkronis-diakronis, penelitian ini mendeskripsikan sejarah perkembangan Kota Probolinggo sebelum tahun 1743, 1743-1850, 1850-1880an, dan 1880an-1940 untuk menggambarkan bentuk kekuasaan dan kendali panoptisisme pada masa itu dan kaitannya dengan morfologi Kota Probolinggo saat ini.FROM REALITY TO DISCOURSE: REPRESENTATION OF PANOPTICISM IN PROBOLINGGO CITY’S PLANNING Probolinggo City is one of the heritage cities of the Dutch colonial era. According to Hidayat & Widriyakara (2018), the City of Probolinggo represents a form of panopticon surveillance. However, the definition of the panopticon only partially means physically in the form of Probolinggo City. This research aims to reveal that the City of Probolinggo is not only a form of city that applied physical surveillance but also portrays panopticism. Using synchronic-diachronic descriptive analysis, this study describes the history of the development of Probolinggo City before 1743, 1743-1850, 1850-the 1880s, and 1880s-1940 to describe the form of power and control of panopticism at that time and its relation to the morphology of Probolinggo City today.