The low of government revenues from log produced of timber estates is caused by the slow of timber estate development as well as the weakness of economic rent system implementation. Policy to decrease the use of natural forest logs, and to develop timber estates in the future, should consider to review the economic rent system. Abstrak Rendahnya perolehan pungutan kayu bulat hutan tanaman industri, di samping karena lambatnya pembangunan hutan tanaman, juga dikarenakan sistem pemungutan rente ekonomi yang lemah. Kebijakan pengurangan produksi kayu bulat hutan alam, dan rencana pembangunan hutan tanaman ke depan mendorong perlunya dilakukan perbaikan sistem pungutan rente ekonomi kayu bulat hutan tanaman. Kata Kunci (Keywords): hutan tanaman (timber estate), keuntungan usaha (profitability), pungutan kayu bulat (log charges) dan rente ekonomi (economic rent). I. LATAR BELAKANG Hutan Indonesia seluas 120,35 juta hektar atau sekitar 62,6% dari luas daratan Indonesia, telah mengalami deforestasi dan degradasi yang cukup besar. Deforestasi mencapai sekitar 1,6 juta hektar per tahun pada periode 1985-1997, dan meningkat menjadi 2,83 juta hektar per tahun pada periode 1997-2000 antara lain akibat terjadinya kebakaran hutan dan lahan seluas 9,7 juta hektar tahun 1997. Ketersediaan volume kayu tegak (standing stock) semua jenis di hutan produksi (HP, HPT, HPK) berdiameter di atas 50 cm yang pada tahun 1995 ditaksir mencapai angka 8.851,7 juta meter kubik, diantaranya terdapat 2.059,9 juta m 3 kayu jenis komersiil, pada tahun 2000 dinyatakan