Analisis kadar air biobriket dari limbah baglog jamur tiram dengan penambahan kotoran sapi

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan kotoran sapi terhadap kadar air beriket limbah baglog jamur tiram. Jenis penelitian ini adalah Eksperimen Murni. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan analisis data yang digunakan yaitu ANOVA (Analisis of variance) pada taraf signifikan 5% dan diuji lanjut menggunakan DMRT (Duncan’s Multiple Range Test), dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Kadar air yang diperoleh dari penelitian ini berkisar antara 2,73%-5,55%. Keseluruhan biobriket yang dihasilkan telah sesuai dengan SNI dimana kadar air pada biobriket menurut SNI (SNI 01-6235-2000) yaitu ≤ 8%. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air tidak berpengaruh pada pembuatan biobriket dengan menggunakan limbah baglog jamur tiram (0,05 > 0,05).

Karakteristik Biobriket dari Kotoran Sapi dengan Kulit Durian

“…Kualitas biobriket yang tinggi adalah memiliki kadar air maksimum 15% (Kementerian ESDM, 2006). Semakin rendah kadar air biobriket, maka semakin tinggi kualitasnya (Mirawati et al, 2020). Biobriket dengan kadar air yang rendah memiliki sifat mudah menyala (Mirawati et al, 2020).…”

“…Semakin rendah kadar air biobriket, maka semakin tinggi kualitasnya (Mirawati et al, 2020). Biobriket dengan kadar air yang rendah memiliki sifat mudah menyala (Mirawati et al, 2020). Selain itu, kadar air juga mempengaruhi nilai kalor.…”

“…Hal ini dikarenakan kadar air kotoran sapi dalam penelitian ini lebih rendah dibandingkan kulit durian. Namun, hal ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, semakin sedikit kotoran sapi, maka kadar air biobriket yang dihasilkan semakin rendah (Santosa et al, 2010;Mirawati et al, 2020;Mau et al, 2020). Kotoran sapi yang digunakan dalam penelitian sebelumnya memiliki kadar air yang lebih tinggi dari limbah pertanian sebagai bahan campurannya (Santosa et al, 2010;Mirawati et al, 2020;Mau et al, 2020).…”

“…Namun, hal ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, semakin sedikit kotoran sapi, maka kadar air biobriket yang dihasilkan semakin rendah (Santosa et al, 2010;Mirawati et al, 2020;Mau et al, 2020). Kotoran sapi yang digunakan dalam penelitian sebelumnya memiliki kadar air yang lebih tinggi dari limbah pertanian sebagai bahan campurannya (Santosa et al, 2010;Mirawati et al, 2020;Mau et al, 2020). Serbuk kotoran sapi cenderung memiliki jumlah pori yang banyak, sehingga berpotensi menyerap air melalui pori-pori tersebut (Pancapalaga dan Wehandako, 2008).…”