Salah satu faktor penyebab masih tingginya angka mortalitas pada ibu antara lain anemia ibu hamil (Solehati et al., 2018). Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat karena berhubungan dengan meningkatnya risiko morbiditas dan mortalitas pada saat ibu melahirkan (Demmouche et al., 2011). Adapun prevalensi anemia pada ibu hamil di dunia yaitu diperkirakan Afrika sebesar 57,1%, Asia 48,2% , Eropa 25,1% dan Amerika 24,1% (WHO, 2015). Berdasarkan hasil Sistem Indikator Kesehatan Nasional (Siskernas) pada tahun 2016 Angka kejadian anemia pada ibu hamil di Indonesia masih tinggi yaitu 37,1% (Soemantri, 2018). Prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia meningkat dibandingkan dengan 2013, pada tahun 2013 sebanyak 37,1 % ibu hamil anemia sedangkan pada tahun 2018 meningkat menjadi 48,9% (Riskesdas, 2018).Sekitar setengah dari kejadian anemia tersebut disebabkan karena defisiensi besi. (WHO, 2015). Kekurangan zat gizi mikro (mikronutrien) dapat menyebabkan penurunan status gizi dan gangguan kesehatan seperti anemia (Ardiaria, 2017). Ibu yang hamil dengan status gizi yang buruk dapat menyebabkan terjadinya Kekurangan Energi Kronis (KEK) (Rahmaniar et al., 2013). Untuk mencegah anemia maka kebutuhan zat gizi selama kehamilan harus terpenuhi (Ardiaria, 2017). Sampai saat ini kader kesehatan terkadang menjadi sumber rujukan bagi penanganan berbagai masalah kesehatan (Palupi et al., 2016). Berbagai macam metode dapat dilakukan dalam upaya mencegah serta menanggulangi kejadian KEK pada ibu hamil, salah satunya yaitu dengan pemberian edukasi gizi. Edukasi tentang pencegahan terhadap anemia merupakan salah satu upaya yang dapat meningkatkan pengetahuan dan merubah sikap menjadi positif sehingga pada akhirnya ibu hamil dapat melakukan berbagai upaya untuk mencegah terjadinya anemia (Sukmawati et al., 2019).