Adat, Islam, and Dakwah Movement in Bayan, North Lombok

Budiwanti, Erni

doi:10.31291/hn.v2i1.103

Cited by 8 publications

(13 citation statements)

References 0 publications

Supporting

Mentioning

Contrasting

Unclassified

Order By: Relevance

“…Hal ini berakhir pada penumpasan terhadap pemberontakan Gerakan 30 Sepetember PKI di Madiun. Berdasarkan hal ini ada suatu harapan dari sejumlah kalangan Muslim untuk merehailitas kembali Masyumi sebagai partai Islam yang menyalurkan aspirasi Rakyat (Budiwanti, 2000). Akan tetapi harapan ini berubah menjadi kekhawatiran dari Orde Baru akan terjadinya kembali upaya ekstrem dari kalangan Islam.…”

Section: Nelly Indrayani Budi Purnomo Transformasi Politik Ke Jalur D...unclassified

Transformasi Politik ke Jalur Dakwah: Studi Analitis Politik Masyumi tahun 1960-1967

Indrayani¹,

Purnomo²

2023

diakronika

View full text Add to dashboard Cite

Penelitian ini mengungkapkan transformasi politik ke jalur dakwah. Pengkajian ini diungkapkan melalui konsep sejarah pemikiran. Yakni gerakan perubahan yang dilakukan sekelompok elit politik dalam perjuangan ideologi dasar negara. Gerakan perubahan dalam perjuangan ideologi Islam tidak lagi dilakukan melalui jalur politik tetapi bertransfor ke jalur dakwah. Masyumi satu-satunya partai Islam memperjuangkan Islam sebagai ideologi negara. Di sisi lain partai nasionalis atau komunis menolak menjadikan Islam sebagai dasar Negara. Soekarno mengambil langkah ikut andil dalam kekuasaan pemerintahan yang menimbulkan kontroversi bagi kalangan politisi Islam. Masyumi melakukan oposisi dan bersikap menolak terhadap ide Orde Lama. Sebab Masyumi memandang sistem Orde Lama menerapkan praktik-praktik otoriterian yang tidak sesuai dengan Islam. Tindakan inilah menurut Soekarno menjadi perintang jalannya proses revolusi. Berdasarkan Penpres No.200 tahun 1960 Soekarno melakukan pembubaran terhadap Masyumi. Perjuangan Islam tidak berhenti melalui wadah politik, tetapi memilih pindah kejalur dakwah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian ilmu sejarah yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Melalui pengungkapan metode sejarah ditemukan hasil penelitian bahwa transformasi Masyumi kedakwah adalah jalan yang ditempuh orang-orang Masyumi saat partai Masyumi dibubarkan. Pada dasarnya para tokoh Masyumi telah berupaya merehabilitas kembali partai Masyumi masa Orde Baru. Namun pemerintah mengkhawatirkan penggunaan embel Islam dalam politik menjadi penghambat tercapainya stabilitas. Pada gilirannya terlihat dijadikannya Pancasila sebagai asas tunggal. Dalam pada itu meskipun Partai Muslimin Indonesia telah dibentuk atas izin pemerintah, tetapi masih dirasakan adanya intervensi terhadap Islam. Intervensi inipun diperkuat sebab keterlibatan orang-orang Masyumi dalam PRRI yang dianggap makar oleh pemerintah. Berdasarkan hal ini tidak lain jalan yang ditempuh adalah pindah ke jalan dakwah dengan membentuk Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia. Bahwa bagi orang Masyumi dulu dakwah melalui jalur politik sekarang politik melalui jalur dawkah.

show abstract

Section: Nelly Indrayani Budi Purnomo Transformasi Politik Ke Jalur D...unclassified

Transformasi Politik ke Jalur Dakwah: Studi Analitis Politik Masyumi tahun 1960-1967

Indrayani¹,

Purnomo²

2023

diakronika

View full text Add to dashboard Cite

show abstract

“…Meskipun prinsip dasar universal yang tertulis dalam Al-Qur'an dan Hadis tidak menunjukkan perbedaan dengan Islam di tempat lain, domestifikasi Islam ke dalam setting sosiokultural yang spesifik, sampai batas tertentu, memberikan kontribusi signifikan terhadap pluralitas fenomena kehidupan Islam Indonesia 47 . Islamisasi di Indonesia, bukan semata-mata proses mengadopsi nilai-nilai eksternal, tetapi juga menempuh adaptasi dengan nilai-nilai internal (budaya lokal).…”

Section: Buku Ini Tidak Diperjualbelikanunclassified

“…Adanya pengakuan ini memfasilitasi kebebasan berekspresi di ruang publik. Tidak dimungkiri bahwa di luar Lingsar, hubungan Bali dan Sasak diwarnai pula dengan konflik dan ketegangan 70,71,72,73 .…”

Section: Buku Ini Tidak Diperjualbelikanunclassified

Mengelola Keragaman Agama di Ruang Publik: Tantangan Pembangunan Negara Bangsa Indonesia

Budiwanti¹

2022

View full text Add to dashboard Cite

Potensi konflik dalam masyarakat hetereogen bukan hanya terjadi antar agama saja, tetapi juga dalam hubungan intra agama, yakni antar kelompok seagama yang berbeda penafsiran ajaran. Antara Muslim-sinkretik - yang mempertahankan adat leluhur disamping Islam - berhadapan dengan kelompok Muslim yang lebih puritan. Antara Islam arus utama yang dominan dan sekte sekte atau aliran Islam lainnya yang menemati kedudukan minoritas, seperti Syiah dan Ahmadiyah. Kemajemukan membelah dan menempatkan masyarakat dalam katagori mayoritas dan minoritas. Persekusi, diskriminasi, dan marginalisasi yang dialami Ahmadiyah dan Syiah di Indonesia, serta Rohingya di Myanmar memberi gambaran wajah minoritas Indonesia yang menyedihkan (sad picture). Gambaran ini bukanlah satu-satunya representasi wajah minoritas di Indonesia. Beberapa kelompok minoritas tertentu di Indonesia menempati posisi relatif menguntungkan. Mereka menikmati keminoritasannya dalam hubungan dengan mayoritas tanpa tekanan dan paksaan. Kajian ini berusaha mencermati sisi lain dari wajah minoritas Indonesia yang bisa hidup berdampingan dalam koeksistensi damai dengan mayoritas seperti halnya minoritas Hindu-Bali di Lombok. Studi ini melihat minoritas dalam dua wajah yang berbeda, yaitu minoritas yang memiliki posisi kurang menguntungkan (disadvantage position), dan minoritas yang relatif mempunyai posisi yang menguntungkan (advantage position).

show abstract

“…Regarding Boda religion (considered the original religion of Lombok), it is said that outsiders gave the name Boda to the Boda community, the people of Lombok, to refer to the community living in the hills who practice the religion of their ancestors (Budiwanti 2014a;Wijono 2009). The beginning of the development of Islam in Lombok, according to one version, came from Java brought by the saints using the ancient Javanese language and indicated that the Hindu Javanese tradition was still visible.…”

Section: The Development Of Religion In the Sasak Communitymentioning

confidence: 99%

“…Traditional religion contains specific values, concepts, views, and practices. Weber equates traditional religion with the work of a sorcerer (cited in Budiwanti 2013bBudiwanti , 2013a. According to Bellah, traditional religion places a lot of emphasis on worldly matters because it creates doctrines that provide limited rational explanations (cited in Budiwanti 2014aBudiwanti , 2014b.…”

Section: Introductionmentioning

confidence: 99%

Islamic Variant of Sasak: Transition and Dialectics in the Wetu Telu Community in Lombok, Indonesia

Sirnopati

Rasyad²,

Tohri³

2022

JASSR

View full text Add to dashboard Cite

Outsiders have often perceived the Wetu Telu community in Lombok as a variant or a splinter of the predominantly Islamic Sasak society's religious system. This article aims to understand the existence of the Wetu Telu community on the island of Lombok from the perspective of both outsiders and insiders with a holistic, interdisciplinary approach. This study uses a qualitative method with a phenomenological approach. The research subjects include the Wetu Telu community in and around Lingsar Narmada in West Lombok, the Tanjung area, and several villages in the Bayan district of North Lombok, such as Loloan, Anyar, Akar-Akar, and Mumbul Sari. The required data were collected through observation, in-depth interviews, documentation, and literature studies. Data analysis involved domain, taxonomic, componential, and thematic analysis. The results show that phenomenologically Wetu Telu is a variant of Islamic Sasak that believes in some Islamic doctrinal values, understands and practices religious rituals that have many similarities with the belief systems before the coming of Islam to Lombok and blends with local Sasak cultural traditions or customs. Wetu Telu was born from the historical transition of the development of local belief systems that dialectically interacted with the arrival and development of major religions on the island of Lombok and were intertwined with the socio-cultural and socio-political dynamics of Sasak society. This study significantly contributes to the study of the relationship between “foreign religion” and local culture with a special reference to the Wetu Telu of Sasak people in Indonesia.

show abstract

Adat, Islam, and Dakwah Movement in Bayan, North Lombok

Cited by 8 publications

References 0 publications

Transformasi Politik ke Jalur Dakwah: Studi Analitis Politik Masyumi tahun 1960-1967

Transformasi Politik ke Jalur Dakwah: Studi Analitis Politik Masyumi tahun 1960-1967

Mengelola Keragaman Agama di Ruang Publik: Tantangan Pembangunan Negara Bangsa Indonesia

Islamic Variant of Sasak: Transition and Dialectics in the Wetu Telu Community in Lombok, Indonesia

Contact Info

Product

Resources

About