Jumlah produksi minyak jelantah di Indonesia telah mencapai 4 juta ton/tahun. Karbon aktif merupakan suatu bahan berkarbon dengan luas permukaan dalam yang sangat tinggi dan mempunyai sifat sebagai penyerap, dan berkemampuan tinggi sebagai penyerap bahan kimia. Biji salak mengadung selulosa dan senyawa aktif lainnya sehingga dapat dijadikan sebagai karbon aktif dalam pemurnian minyak jelantah. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses pembuatan karbon aktif dari biji salak dengan aktivator H2SO4 dan pengaruh massa karbon aktif, ukuran adsorben, dan waktu adsorpsi untuk proses pemurnian minyak jelantah sehingga minyak jelantah dapat digunakan kembali. Pada penelitian ini biji salak dihancurkan menjadi bagian yang lebih kecil kemudian dikeringkan lalu di furnace dengan suhu 3500C selama 1,5 jam lalu dihaluskan dan diayak 80 dan 100 mesh, kemudian diaktivasi menggunakan H2SO4. Minyak jelantah dipanaskan dan dimasukkan karbon aktif sesuai massa, waktu dan ukuran adsorben yang telah ditetapkan. Penelitian ini memvariasikan massa, waktu adsorpsi, dan ukuran adsorben. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu kondisi terbaik penurunan kadar FFA, bilangan asam, kadar air dan bilangan peroksida minyak jelantah yaitu pada massa karbon aktif 30 gram, ukuran adsorben 100 mesh, waktu adsorpsi 90 menit dan kadar air pada waktu adsorpsi 120 menit dengan nilai 0,108%; 0,244 mg KOH/g; 0,062%; dan 2,5 mek O2/kg
The increasing types of people needs along with the times have resulted in the need for energy increasing so that the supply of energy, especially energy that cannot be renewed (unrenewable energy) is decreasing. Currently, almost 80% of the world's energy needs are met by fossil fuels. In fact, the use of fossil fuels can cause global warming. To reduce dependence on fossil fuels as an energy source, it is necessary to search for energy sources that can be used as alternative fuels that are environmentally friendly. Indonesia is an agricultural country that is overgrown with plantation crops that produce various kinds of waste such as rubber seeds which contain oil. This plant produces a lot of wasted seeds that are not useful. Therefore, researchers want to research the oil from rubber seeds to be a biodiesel product and in order to get high quality results. This study regulates several independent variables, namely the alcoholysis temperatures: 650C, 700C and 750C and the alcohol volume: 200 ml, 250 ml and 300 ml. The process is carried out by extraction using the alkolysis method. The best yield yielded 60.5%, with the best yield of biodiesel from alcoholysis obtained at a volume of 250 ml of ethanol and a temperature of 75oC with a density of 09 kg/m3 and a viscosity of 3,285 mm2/s (cSt), fulfilling the requirements of SNI 7182:2015. Based on the results of GC analysis, the main fatty acid components in the sample were at peak 1, namely saturated fatty acids in the form of palmitic acid at 44,28% and peak 4, namely unsaturated fatty acids in the form of oleic acid at 31.99%.
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda. Adapun metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode ekstraksi soklet dengan pelarut n-heksana. Dengan metode ekstraksi kehilangan minyak dalam proses lebih sedikit, sehingga minyak yang dihasilkan lebih banyak. Penelitian ini bertujuan yaitu untuk mengetahui pengaruh waktu dan suhu ekstraksi pada proses pengambilan minyak alpukat yang menghasilkan karakteristik minyak alpukat yang baik dan komposisi asam lemak minyak alpukat serta pengaplikasian minyak dalam pembuatan sabun mandi herbal. Proses ekstraksi dilakukan pada variasi suhu 75 , 80 , dan 85 dengan variasi waktu 120 menit, 180 menit, dan 240 menit. Minyak alpukat yang dihasilkan dalam penelitian ini memiliki karakteristik warna minyak hijau kehitaman, dengan yield sebesar 46,72%, berat jenis 0,91 gr/ml, asam lemak bebas 1,64%, dan bilangan penyabunan 172,5 mgKOH/minyak. Hasil analisa dengan menggunakan Gas Chromatoghraphy-Mass Spectrocopy (GC-MS) diketahui bahwa jumlah komponen asam lemak penyusun trigliserida minyak alpukat pada penelitian ini yaitu asam oleat (31,43%), asam palmitat (25,79%), dan asam linoleat (8,39%). Sehingga minyak alpukat termasuk dalam golongan olein-palmito-linolein. Hasil analisa aplikasi minyak alpukat dalam pembuatan sabun mandi herbal memiliki karakteristik kadar air sebesar 14,4%, asam lemak bebas 2,03%, alkali bebas 0%, dan nilai pH sebesar 9,46.Kata kunci: Minyak Alpukat, Ekstraksi, N-Heksan, Sabun Mandi Herbal.
Tanaman nilam merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang cukup penting sebagai komoditi ekspor Indonesia dan menyumbang devisa sekitar 60% dari total ekspor minyak atsiri nasional. Indonesia merupakan pemasok minyak nilam terbesar dunia dengan kontribusi 90%. Minyak nilam digunakan sebagai zat pengikat (fixative agent) dalam industri parfum yang tidak dapat diganti oleh zat sintetik karena sangat berperan dalam menentukan kekuatan, sifat dan ketahanan aroma. Tujuan penelitian ini adalah membuat formula pewangi jenis eau de toilette dengan bahan pewangi alami menggunakan minyak atsiri tanaman nilam dam tambahan pewangi lainnya. Penelitian ini melakukan uji rendemen minyak nilam, uji densitas minyak nilam, uji Patchouli Alcohol menggunakan GC-MS minyak nilam, uji warna parfum, uji densitas parfum dan uji organoleptik dengan parameter kesukaan terhadap aroma serta ketahanan aroma parfum. Uji rendemen minyak nilam melalui proses penyulingan dengan menggunakan bahan baku tanaman nilam sebanyak 30.000 gr menghasilkan minyak nilam sebanyak 800 gr sehingga rendemen yang didapat sebesar 2,67 %. Uji densitas minyak nilam yang didapat sebesar 0,904 gr. Uji GC-MS menunjukkan komponen senyawa Patchouli Alcohol (PA) pada minyak nilam sebesar 34,23 %. Pengujian warna parfum menunjukkan pengaruh konsentrasi minyak nilam dimana semakin banyak minyak nilam dalam formula maka warna parfum semakin menuju coklat tua dan semakin jernih warna parfum maka kandungan minyak nilam di dalamnya semakin sedikit. Pengujian berat jenis parfum minyak nilam menunjukkan semakin banyak kandungan minyak nilam maka berat jenis parfum akan semakin naik., formula B5S5T2M2 menunjukkan parfum dengan berat jenis terbesar yaitu berkisar 4,81gr/mL dan berat jenis rata-rata berkisar 4,66 gr/mL. Uji organoleptik pada formula parfum dengan mencampurkan 10 mL zat pewangi, lalu ditambahkan zat pengikat (minyak nilam) dan zat pelarut (Etanol) sebanyak 5 mL. Berdasarkan uji organoleptik kesukaan aroma terpilih tiga formula dengan nilai tertinggi. Formula terbaik dengan nilai kesukaan aroma tertinggi ialah formula B2S2T2M2 (nilam 2 ml, etanol 3 ml, lemon 4 ml, kopi 6 ml) dengan nilai 38. Hasil pengujian ketahanan aroma parfum menunjukkan Formula yang memiliki daya tahan aroma yang tercepat adalah formula B1S1T1M1 dan B1S1T5M5 dengan waktu 14 jam sedangkan formula yang memiliki daya tahan aroma yang terlama adalah B5S5T5M5 dan B5S5T6M6 dengan waktu 51 jam.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.