Traumatic dental injuries can affect people of all ages ranging from children, adolescents, adults, and the elderly. Traumatic dental injuries can affect of hard dental tissues and periodontal tissues in oral cavity. Each country has a different frequency of injuries each year.Traffic accidents often occur in developing countries, this is the most common cause of dental fracture. The purpose of this study was to determine the frequency of dental fractures that often occur.The type of this research is descriptive observational with cross sectional design. The subjects consisted of 114 patients at RSGM UMY. This data collection uses secondary data of patients in 2016.Based on the data obtained were analyzed using Statistical Package for Science (SPSS). Data processing used descriptive statistics to determine the frequency and percentage of dental fractures in the age, sex, etiology and type of teeth involved.
Premature loss pada gigi desidui merupakan keadaan gigi desidui yang hilang atau tanggal sebelum gigi penggantinya mendekati erupsi yang disebabkan karena karies, trauma dan kondisi sistemik. Premature loss dapat menyebabkan pengurangan panjang lengkung gigi dan migrasi gigi antagonis yang menyebabkan rotasi, berjejal dan impaksi gigi permanen. Tujuan penelitian untuk mengetahui prevalensi premature loss gigi desidui pada anak usia 9-10 tahun. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan studi penelitian cross-sectional. Populasi penelitian berjumlah 216 anak dan berdasarkan kriteria inklusi didapatkan 63 anak yang menjadi responden penelitian. Penelitian ini dilakukan di SD IT Insan Utama dengan cara melihat kondisi gigi yang mengalami premature loss. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 63 anak usia 9-10 tahun di SD IT Insan Utama, 41.2% mengalami premature loss pada gigi molar satu (m1), 37.3% pada gigi kaninus (c) dan 21.6% pada gigi molar dua (m2). Premature loss pada anak laki-laki sebanyak 38 anak (60.3%) sedangkan pada anak perempuan sebanyak 25 anak (39.7%). Prevalensi tertinggi premature loss adalah pada anak usia 9 tahun, yaitu sebanyak 36 anak (57.1%) dari 63 sampel anak, serta prevalensi tertinggi pada regio posterior sebanyak 18 anak (58.1%). Kesimpulan dari penelitian ini yaitu prevalensi premature loss pada anak usia 9-10 tahun di SD IT Insan Utama adalah sebesar 29.16%.
Maloklusi adalah ketidaksesuaian dari hubungan rahang atau gigi yang tidak normal. Maloklusi dapat menyebabkan terjadinya resiko karies dan penyakit periodontal. Derajat keparahan malokulusi berbeda-beda dari rendah ke tinggi yang menggambarkan variasi biologi individu. RISKESDAS tahun 2013 melaporkan sebanyak 25,9% penduduk Indonesia mempunyai masalah gigi dan mulut. Prevalensi maloklusi di Indonesia masih sangat tinggi sekitar 80% dari jumlah penduduk dan merupakan salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang cukup besar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalensi maloklusi gigi pada anak usia 9-11 tahun di SD IT Insan Utama Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu dilakukan dengan cara mendeskripsikan data prevalensi maloklusi gigi pada anak usia 9-11 tahun. Populasi penelitian berjumlah 216 anak, berdasarkan kriteria inklusi didapatkan 149 anak yang menjadi responden penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan cara melihat kondisi gigi yang mengalami maloklusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 149 anak usia 9-11 tahun di SD IT Insan Utama, maloklusi kelas I sebanyak 82 anak dengan prevalensi 57,3%, maloklusi kelas II sebanyak 62 anak dengan prevalensi 41,6%, maloklusi kelas III sebanyak 5 anak dengan prevalensi 3,3%. Maloklusipada anak laki-laki sebanyak 49 orang (59.8%) dan pada anak perempuan sebanyak 33 orang (40.2%). Prevalensi tertinggi Maloklusi kelas Isebanyak 82 anak (57.3%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah total prevalensi maloklusi pada semua kategori pada anak usia 9-11 tahun di SD IT Insan Utama Yoyakarta sebesar 61.7% untuk anak laki-laki dan 38.3% untuk anak perempuan. Prevalensi paling besar terdapat pada maloklusi kelas I.
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi kesehatan tubuh keseluruhan. Menurut data Riskesdas 2018 sebanyak 57,6% penduduk Indonesia bermasalah gigi dan mulut selama 12 bulan terakhir, tetapi hanya 10,2% yang mendapat perawatan oleh tenaga medis gigi. Hal tersebut dapat terjadi karena masih rendah-nya motivasi masyarakat dalam menjaga kesehatan gigi dengan perawatan dan pemeriksaan rutin ke tenaga kesehatan. Masyarakat cenderung akan datang, jika sudah dalam kondisi sakit. Rendahnya motivasi tersebut dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan masyarakat terkait dengan masalah kesehatan gigi dan mulut. Berdasarkan telah terbentuknya kader promosi kesehatan gigi dan mulut di wilayah Kecamatan Srandakan yang bekerja sama dengan Posbindu Bisma Remaja Masjid Islahul Umam Dusun Talkondo, pada tahun ini pada pelaksanaan tahun kedua diwilayah tersebut melakukan kegiatan dengan program implementasi pengukuran kesehatan gigi anggota binaan Posbindu Bisma. Selama kegiatan berlangsung, dilakukan pengambilan nilai pra perlakuan dan pasca perlakuan untuk mengetahui tingkat kesehataan gigi anggota binaan. setelah dilakukan analisa statistic, hasil nilai Asymp. Sig. (2- tailed) sebesar 0.001. Dari nilai Asymp. Sig yang diperoleh, dapat diartikan bahwa terdapat perbedaan nilai kesehatan gigi antara pra perlakuan dengan pasca perlakuan (sig. <0.05). Hasil tersebut dapat menunjukkan informasi, bahwasannya perlakuan yang diberikan kepada anggota binaan memiliki pengaruh.
During the COVID-19 pandemic, dental health maintenance activities were slightly hampered because there were rules for maintaining social distance or social distancing to break the chain of transmission of COVID-19. Maintenance Oral health of children and adolescents is very important. Oral health is very important for building the immune system, especially during the COVID-19 period. The high prevalence of dental and oral diseases can be caused by many factors, one of which is the inconsistent behavior of dental and oral health maintenance. The Riskesdas results 2018, stated that the number of dental and oral problems in Indonesia reached 57.6% and the number of children experiencing dental and oral problems reached 93%. Aim: To find out the behavior of maintaining dental and oral health in adolescents aged 12-15 years during COVID-19 at the Pondok Pesantren MTS Ma'ahid Kudus. Methods: This type of research is descriptive observational using a cross sectional approach. The sampling technique in this study used a probability sampling technique, namely the proportionate stratified random sampling technique. The number of samples in this study amounted to 80 people. Result: The behavior of maintaining dental and oral health of adolescents aged 12-15 years mostly has behavior in the good category as many as 44 people (55.0) and moderate behavior as many as 30 people (37.5) and 6 people (7.5) less behavior. Adolescent students have a good level of behavior in maintaining oral and dental health during the COVID-19 period, namely 44 people (55.0%).
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi kesehatan tubuh keseluruhan. Menurut data Riskesdas 2018 sebanyak 57,6% penduduk Indonesia bermasalah gigi dan mulut selama 12 bulan terakhir, tetapi hanya 10,2% yang mendapat perawatan oleh tenaga medis gigi. Hal tersebut dapat terjadi karena masih rendah-nya motivasi masyarakat dalam menjaga kesehatan gigi dengan perawatan dan pemeriksaan rutin ke tenaga kesehatan. Masyarakat cenderung akan datang, jika sudah dalam kondisi sakit. Rendahnya motivasi tersebut dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan masyarakat terkait dengan masalah kesehatan gigi dan mulut. Berdasarkan hal tersebut, dibentuklah kader promosi kesehatan gigi dan mulut di wilayah Kecamatan Srandakan. Pembentukan kader tersebut bekerja sama dengan Posbindu Bisma Remaja Masjid Islahul Umam Dusun Talkondo. Dalam pembentukan kader tersebut, diberilah berbagai macam materi teori dan praktik untuk membekali kader yang dibentuk. Selama kegiatan berlangsung, dilakukan pengambilan nilai  pre-test dan post-test untuk mengetahui tingkat pengetahuan calon kader PromkesGilut. Hasil nilai sig. (2- tailed) sebesar 0.008. berdasarka nilai tersebut, dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna terhadap perlakuan yang diberikan ( sig. <0.05). Dengan terbentuknya kader PromkesGiLut, informasi mengenai pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut dapat tersampaikan kepada masyarakat khususnya remaja- remaja anggota binaan di Posbindu Bisma dan menambah antusiasme warga dalam memperhatikan kesehatan gigi dan mulut.
Poncosari merupakan kecamatan yang memiliki 24 dusun. Koripan merupakan salah satu dusun yang berada di Poncosari. Koripan menjadi tempat untuk kegiatan pengabdian masyarakat oleh mahasiswa KKN (Kuliah Kerja Nyata) kelompok 109 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2022. Pengabdian kepada masyarakat bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan gigi dan mulut anak-anak TPA (Taman Pendidikan Al-Quran) di Dusun Koripan. Metode pengabdian dilakukan dengan memberikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut kepada anak-anak. Kegiatan ini dilakukan bersama masyarakat dan karang taruna sebagai pembimbing TPA. Hasil yang didapatkan adalah peningkatan pengetahuan anak tentang kebersihan gigi dan mulut. Kesimpulan dari pengabdian masyarakat yang dilakukan dapat meningkatkan pengetahuan anak-anak tentang kesehatan.
ABSTRAKTingkat kesadaran masyarakat di Indonesia terhadap kesehatan gigi dan mulut cukup rendah, hal ini dapat dinilai dari jumlah masyarakat yang mengunjungi dokter gigi ketika kondisi gigi dan mulutnya bermasalah. Sebagai tenaga medis gigi, melakukan edukasi dan penyuluhan sebagai bentuk upaya preventif sangatlah penting. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut untuk mencegah peningkatan jumlah masalah gigi dan mulut di Indonesia. Metode yang digunakan dalam pengabdian masyarakat ini adalah penyuluhan, pemeriksaan kesehatan umum serta kesehatan gigi yang dilaksanakan di Posyandu Lansia Ngudi Waras dan Panti Asuhan Mustika Tama. 61 pasien di posyandu lansia melakukan pemeriksaan kesehatan umum dan 23 diantaranya setuju untuk melakukan pemeriksaan gigi. Penyuluhan di Panti Asuhan Mustika Tama dilakukan dengan pre-test dan post-test sebagai indikator keberhasilan kegiatan. Acara ini diakhiri dengan sikat gigi bersama. Hasil pemeriksaan di Posyandu Lansia Ngudi Waras menunjukkan mayoritas warga mengalami hipertensi tingkat 2 dan hasil DMF-T termasuk kategori sedang berdasarkan penilaian WHO. Keberhasilan penyuluhan di Posyandu Lansia Ngudi Waras ditunjukkan dengan banyaknya jumlah peserta yang bersedia mengikuti saran rujukan perawatan gigi dan mulut di RSGM UMY. Hasil kegiatan penyuluhan di panti asuhan anak menunjukkan terdapat peningkatan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dengan hasil post-test yang lebih tinggi dibandingkan pre-test serta terdapat keterampilan anak-anak melakukan teknik sikat gigi yang tepat. Kesimpulan kegiatan ini adalah terdapat peningkatan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut setelah penyuluhan. Kata kunci: anak; kesehatan gigi dan mulut; lansia; penyuluhan ABSTRACTThe low level of society’s oral health awareness in Indonesia could be seen in the number of people who visit a dentist when they have an oral problem. As a dental health worker, public dissemination as a form of preventive and promotive treatment is important. This study aims to improve the knowledge of oral health to prevent the increased cases of oral problems in Indonesia. The methods used in this study are public dissemination, general and oral health examination. This study was held in Elderly Healthcare Center (EHC) Ngudi Waras and Mustika Tama Orphanage. 61 patients at EHC had a general health examination and 23 of them agreed to have an oral examination. Public dissemination was held in the orphanage with pre-test and post-test as an indicator and ended with toothbrushing along with the children. The result of the examination at EHC showed that most patients had hypertension grade 2 and the DMF-T score was in the moderate category based on WHO. Post-examination education and treatment referrals were carried out as a form of evaluation. The result of public dissemination was the increased score of the post-test. The conclusion is that there is an improvement of knowledge of oral health. Keywords: children; oral health; Elderly; dissemination
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.