<p class="NoParagraphStyle" align="center"><strong>ABSTRACT</strong></p><p class="NoParagraphStyle" align="center"><strong> </strong></p><p><em>Gracilaria </em>spp. is a euryhaline species of seaweed which can live in the marine and brackish water. Development of <em>Gracilaria </em>spp. culture in Bekasi is potential because this seaweed can be cultured in ex shrimp pond by polyculture system. The objective of this research was to evaluate the phenotype morphological characteristic of <em>Gracilaria </em>spp. based on and its relationship with shrimp pond water quality. <em>Sampling </em>was done at three shrimp ponds with a salinity range at 13.7–19.2 g/L. Phenotypical characteristics of <em>Gracilaria </em>spp. consisted of colour and thallus morfometrics, while measurement of water quality consisted of physical and chemical charactersof shrimp pond. The result showed that <em>Gracilaria </em>spp. generally had light brown colour. At salinity higher than 13.7 g/kg, the number of secondary thalli increased, the distance among internode tertiary thalli declined, and the number of ramification index increased. Salinity showed a positive correlation with remification index which was 0.571.</p><p> </p><p>Keywords: <em>Gracilaria </em>spp., remification index, phenotype, salinity, brackishwater culture</p><br /><p class="NoParagraphStyle"> </p><p class="NoParagraphStyle"> </p><p class="NoParagraphStyle" align="center"><strong>ABSTRAK</strong><strong></strong></p><p class="NoParagraphStyle"> </p><p><em>Gracilaria </em>spp. merupakan spesies rumput laut eurihalin yang dapat hidup di laut dan di perairan payau. Pengembangan budidaya <em>Gracilaria </em>spp. di Bekasi potensial dilakukan karena memanfaatkan tambak bekas budidaya udang dengan sistem polikultur. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi karakteristik fenotipe morfologi <em>Gracilaria </em>spp. dan hubungannya dengan kualitas air di tambak budidaya. <em>Sampling </em>dilakukan pada tiga tambak dengan kisaran salinitas 13,7–19,2 g/L. Karakterisasi fenotipe meliputi warna dan morfometrik talus <em>Gracilaria </em>spp., sedangkan parameter kualitas air meliputi karakter fisika dan kimia air tambak. Hasil menunjukkan talus <em>Gracilaria</em>s spp. umumnya berwarna coklat muda dan pada salinitas di atas 13,7 g/L menunjukkan jumlah talus sekunder meningkat, jarak internode talus tersier menurun, dan indeks percabangan meningkat (P<0,05). Salinitas berkorelasi positif dengan indeks percabangan sebesar 0,571.</p><p> </p><p>Kata kunci: <em>Gracilaria </em>spp., indeks percabangan, fenotipe, salinitas, budidaya air payau</p>
Bacterial disease is one of the most common diseases in aquaculture practices which have a significant impact. Several researches noted that pathogenicity of a certain bacteria can be determined by its quorum sensing activity. Quorum sensing is a communication process of a certain bacteria with the same or different species of bacteria which involves the releasing and capturing of signal molecule to and from the environment. This activity will activate a certain target gene which further resulted in the expression of a phenotype by the bacteria. With regard to this characteristic, one of the methods to control bacterial diseases is by quorum sensing disruption. Several species of algae, both micro and macro, have been found to be able to intervense bacterial quorum sensing and thus can be used as an alternative in bacterial disease control.Keywords: quorum sensing, bacterial disease, aquaculture, algae. ABSTRAKPenyakit bakteri adalah salah satu penyakit yang paling umum dalam akuakultur dengan dampak yang cukup signifikan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat patogenitas suatu bakteri salah satunya ditentukan oleh aktivitas kuorum sensing bakteri. Kuorum sensing bakteri merupakan suatu proses komunikasi yang dilakukan oleh bakteri dengan bakteri lainnya baik yang sejenis maupun berlainan jenis yang berupa pelepasan dan penangkapan molekul sinyal menuju dan dari lingkungan sekitar bakteri tersebut. Aktivitas inilah yang akan menentukan ekspresi suatu gen target seperti patogenitas, sehingga salah satu metode yang dapat digunakan dalam mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh bakteri adalah dengan mengganggu aktivitas kuorum sensing bakteri. Beberapa jenis alga, baik mikro maupun makro, diketahui dapat mengintervensi aktivitas kuorum sensing, dan dapat menjadi salah satu alternatif bagi pengendalian penyakit bakterial.Kata kunci: kuorum sensing, penyakit bakterial, akuakultur, alga. PENDAHULUANAkuakultur merupakan salah satu sektor penting dalam penyediaan pangan dunia. Pada tahun 2006, pertumbuhan tahunan sektor akuakultur mencapai 8,3% dan memberikan kontribusi pada total produksi perikanan dunia sekitar 47% (FAO, 2009). Meningkatnya permintaan produk akuakultur mendorong upaya-upaya peningkatan produktivitas salah satunya melalui intensifikasi. Tingginya aktivitas produksi dalam perikanan budidaya sistem intensif membawa masalah lain yang perlu segera ditangani seperti penurunan kualitas air dan peningkatan infeksi penyakit (Thompson et al., 2004;Nakayama et al., 2005) yang dapat mempengaruhi tidak hanya produksi, tetapi juga lingkungan (Corre et al., 1999;Thompson et al., 2004). Tingginya kepadatan penebaran ikan dalam sistem intensif secara tidak langsung dapat meningkatkan resiko penyebaran penyakit menjadi lebih cepat dan luas dengan kerugian yang lebih besar.Input pakan dan kepadatan organisme budidaya yang tinggi menyebabkan peningkatan akumulasi bahan organik dalam akuakultur sistem intensif yang berdampak pada penurunan kualitas air.
The research was conducted to determine the most optimal concentration of molasses in maintaining the quality of water and increasing the production performance of vannamei shrimp. The study used 4 different molasses concentration treatments with 4 replications, consisted of (A) 50% molasses concentration of the total feed, (B) 100% of the total feed, (C) 150% of the total feed, and (K) 0% of the total feed (control). Molasses was given every day for 40 days by mixing it directly into the test shrimp’s rearing media (PL 12). Throughout the rearing, the treatment of various concentrations of molasses did not affect temperature, DO, pH and water salinity parameters, but had a tendency to improve water quality by reducing TAN and nitrite values. Molasses can also significantly improve production performance. The best concentration of molasses is 150% of the total feed (treatment C), which resulted in a biomass weight of 293.05 ± 5.57 g with an LPS value of 6,08 ± 0,03%/day and an FCR of 2,23 ± 0,05. ABSTRAKPenelitian dilakukan untuk mengetahui konsentrasi molase yang paling optimal dalam mempertahankan kualitas air pemeliharaan dan meningkatkan kinerja produksi udang vaname. Penelitian terdiri dari 4 perlakuan konsentrasi molase berbeda dengan 4 ulangan yaitu (A) konsentrasi molase 50% dari jumlah jumlah pakan, (B) 100% jumlah pakan, (C) 150% jumlah pakan, dan (K) 0% jumlah pakan (kontrol). Molase diberikan setiap hari selama 40 hari dengan cara dicampurkan langsung ke media pemeliharaan udang uji (PL 12). Perlakuan pemberian molase berbagai konsentrasi tidak mempengaruhi parameter suhu, DO, pH dan salinitas air selama pemeliharaan udang namun memiliki kecenderungan memperbaiki kualitas air dengan menurunkan nilai TAN dan nitrit. Pemberian molase secara nyata mampu meningkatkan kinerja produksi. Pada perlakuan tanpa pemberian molase (Kontrol) dihasilkan bobot biomasa sebesar 149,36±20,36 g dengan nilai LPS sebesar 4,87±0,19 dan FCR sebesar 3,40±0,55. Konsentrasi molase terbaik yaitu 150% dari jumlah pakan (perlakuan C) menghasilkan bobot biomasa sebesar 293,05±5,57 g dengan nilai LPS sebesar 6,08±0,03% dan FCR sebesar 2,23±0,05. Kata kunci : kinerja produksi, kualitas air, molase, udang vaname Litopeneus vannamei
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.