Stunting merupakan permasalahan global yang sedang marak belakangan ini. Hal ini mengindikasikan terdapat berbagai faktor yang dapat menyebabkan stunting. Bayi berat lahir rendah merupakan faktor prenatal yang mungkin berhubungan dengan pertumbuhan anak di kemudian hari. Faktor sosial-ekonomi seperti jumlah anak dalam keluarga juga dapat memengaruhi pertumbuhan anak. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan riwayat bayi berat lahir rendah dan jumlah anak dalam keluarga dengan kejadian stunting di Desa Panyirapan Kabupaten Bandung periode Maret–Agustus 2019. Subjek penelitian adalah anak usia 12–59 bulan. Penelitian menggunakan rancangan kualitatif metode analitik komparatif dengan pendekatan case control. Uji statistik menggunakan uji chi-square dan Eksak Fisher. Jumlah responden pada penelitian ini adalah 49 anak stunting dan 43 anak tidak stunting. Anak stunting dengan riwayat bayi berat lahir rendah sebanyak 5 anak (10%) dan tidak terdapat hubungan bermakna (p=0,209). Anak stunting dengan jumlah anak >2 sebanyak 17 anak (35%) dan terdapat hubungan bermakna (p=0,008; OR=5,18). Simpulan, tidak terdapat hubungan antara bayi berat lahir rendah dan kejadian stunting, tetapi terdapat hubungan jumlah anak dalam keluarga dengan kejadian stunting anak usia 12–59 bulan di Desa Panyirapan Kabupaten Bandung.
Epilepsi merupakan suatu kelainan otak kronis yang ditandai dengan kecenderungan terjadi bangkitan epileptik. Terapi epilepsi dilakukan dalam jangka waktu yang lama untuk mengurangi kejadian bangkitan, sehingga dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya efek samping diantaranya depresi. Depresi pada pengobatan epilepsi berhubungan dengan jenis obat anti epilepsi dan lama pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lama pengobatan dan jenis obat epilepsi dengan derajat depresi pada pasien epilepsi. Metode penelitian ini merupakan observasi analitik dengan rancangan potong lintang. Subjek penelitian adalah 74 pasien epilepsi di Poli Saraf RSUD Al-Ihsan periode Maret-Mei 2018 yang memenuhi kriteria inklusi yaitu pasien yang sudah meminum obat anti epilepsi generasi pertama monoterapi minimal 1 bulan. Sampel dipilih secara purposive sampling dan telah mengisi kuesioner Beck Depression Inventory II. Data penelitian dianalisis dengan uji statistik menggunakan uji Fischer Exact. Hasil penelitian ini menunjukkan jumlah pasien epilepsi yang mengalami depresi derajat minimal paling banyak ditemukan dan tidak terdapat hubungan antara lama pengobatan dan jenis obat anti epilepsi dengan derajat depresi pada pasien epilepsi. Kejadian depresi pada pasien epilepsi selain dipengaruhi jenis obat dan lama pengobatan juga dipengaruhi oleh keadaan epilepsi (frekuensi kejang, dan jenis epilepsi), faktor iatrogenik (obat anti epilepsi) dan faktor psikososial.
Abstract. Working period and workload can negatively affect health if done continuously for years. Complaints of lower back pain as a manifestation of musculoskeletal health problems can arise which are triggered by static loading that accumulates on the lower back during long work periods. In addition, the condition of working with a heavy workload will certainly increase the risk of Low Back Pain, especially in jobs that are dominated by static positions. Ihsan Bandung. The research was conducted from July to August 2022. This research used an analytic cross-sectional method. The sample of this research is 28 samples. Data analysis was performed univariately and bivariately using the Chi Square test. The results of this study indicate that there is a relationship between length of service and workload of nurses with the incidence of Lower Back Pain in nurses at Al-Ihsan Hospital, Bandung with a p value of 0.002. This is because static loading on the back causes an increase in muscle contractions which produce waste products in the form of lactic acid which in turn causes pain in the lower back. It is hoped that those related to the hospital will be able to pay attention to the time and workload of nurses and provide special therapy or relaxation to help overcome complaints of lower back pain felt by nurses Abstrak. Masa kerja dan Beban Kerja dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan apabila dilakukan secara kontinyu selama bertahun-tahun. Keluhan Nyeri Punggung Bawah sebagai manifestasi gangguan kesehatan musculoskeletal dapat muncul yang dipicu dari pembebanan statis yang terakumulasi pada tulang punggung bagian bawah pada masa kerja yang panjang. Selain itu, keadaan bekerja dengan beban kerja yang berat tentu akan meningkatkan risiko Nyeri punggung Bawah, khususnya pada pekerjaan yang didominasi dengan posisi statis, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan masa kerja dan beban kerja perawat dengan kejadian Nyeri Punggung Bawah pada perawat di RS Al-Ihsan Bandung. Penelitian dilaksanakan pada Juli - Agustus tahun 2022. Penelitian ini menggunakan metode analitik cross sectional.Sampel berjumlah 28 orang. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan masa kerja dan beban kerja perawat dengan kejadian Nyeri Punggung Bawah pada perawat di Rumah Sakit Al-Ihsan Bandung dengan p value 0,002. Hal tersebut dikarenakan pembebanan statis pada punggung menyebabkan peningkatan kontraksi otot yang menghasilkan produk sisa berupa asam laktat dan nantinya mengakibatkan nyeri pada punggung bawah.Diharapkan kepada yang terkait Rumah Sakit untuk dapat memperhatikan masa dan beban kerja perawat serta memberikan terapi atau relaksasi khusus untuk membantu mengatasi keluhan Nyeri Punggung Bawah yang dirasakan perawat.
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh kekurangan produksi insulin atau akibat ketidakefektifan insulin yang diproduksi. Kekurangan tersebut meningkatkan konsentrasi glukosa yang akan merusak berbagai macam sistem tubuh, salah satunya organ ginjal. Pada DM, glukosa urine dapat ditemukan apabila kadar glukosa darah sudah melebihi threshold ginjal. Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan antara kadar HbA1c dan glukosuria pada pasien diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan proses pendekatan cross-sectional. Data penelitian menggunakan rekam medis pasien DM tipe 2 di RSUD Al-Ihsan periode Januari-Desember 2019 dengan jumlah subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk eksklusi sebanyak 66 orang yang terdiri atas 24 laki-laki (36%) dan 42 perempuan (64%), rentang usia tertinggi 40-65 tahun sebanyak 45 orang (68%). Analisis bivariat menggunakan uji chi-square didapatkan hasil analisis hubungan kadar HbA1c dengan glukosuria dengan nilai p=0,036 dan nilai r=0,243. Berdasar atas hasil penelitian disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kadar HbA1c dan glukosuria pada pasien DM dengan korelasi positif lemah. Hal ini tidak semata-mata dapat menjadikan HbA1c menjadi kriteria diagnosis DM karena menurut beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya, HbA1c dapat meningkat pada penyakit ginjal (nefropati DM), kanker, uremia, dan iskemia serebral. Hal serupa terjadi pada glukosuria yang kejadiannya tidak selalu terjadi pada pasien dengan DM. Oleh karena itu, korelasi positif lemah pada penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh faktor-faktor yang telah disebutkan di atas.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.