<p class="BasicParagraph">Pembangunan gedung bertingkat yang tidak simetris atau tidak beraturan harus dirancang menahan beban lateral seperti beban angin dan gempa. Selain itu, bentuk bangunan yang tidak simetris mengakibatkan distribusi massa yang tidak seragam. Pengaruh penempatan dinding geser dan berapa efektif penggunaan dinding geser pada gedung bertingkat tidak beraturan tehadap gaya lateral gempa.</p><p class="BasicParagraph">Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan simpangan horisontal yang terjadi akibat beban gempa pada gedung yang tidak beraturan dengan variasi letak dinding geser. Penelitian membandingkan tiga model struktur yang letak dinding gesernya berbeda. Model 1 adalah struktur yang didesain tanpa dinding geser, model 2 menggunakan dinding geser di tepi, model 3 Menggunakan dinding geser di lift. Denah bangunan memiliki denah struktur yang tidak simetris. Hal tersebut menyebabkan simpangan horisontal yang terjadi memiliki nilai yang berbeda untuk setiap arah gempa yang terjadi, yaitu gempa arah X dan gempa arah Y.</p><p class="BasicParagraph">Berdasarkan hasil analisa pemodelan dengan variasi tata letak dinding geser atau shear wall, dapat ditarik kesimpulan bahwa dinding geser memberikan kontribusi besar terhadap struktur bangunan bertingkat dalam menahan gaya lateral seperti beban gempa dan letak dinding geser pada bangunan bertingkat berpengaruh dalam hal nilai simpangan horisontal.<strong></strong></p>
<p><strong>Abstrak:</strong> Sistim pracetak sudah banyak digunakan pada bangunan bertingkat banyak. Penggunaan metode pracetak dengan ukuran panel yang cukup besar menjadi tidak efisien jika diterapkan pada pekerjaan bangunan bertingkat dua sederhana. Dalam penelitian ini alternatif yang diperkenalkan dalam pembuatan pelat lantai adalah dengan menggunakan metoda <em>semi precast </em>berupa panel-panel yang lebih kecil agar memungkinkan untuk diangkat tanpa bantuan alat berat.</p><p>Penelitian yang dilakukan mempunyai tujuan untuk mengetahui berapa besar penghematan waktu dan biaya yang digunakan dengan menggunakan pelat <em>semi precast</em> dibanding dengan menggunakan sistem <em>cast in situ</em>. Dengan harapan akan didapat suatu metode pelaksanaan dan cara perancangan yang lebih efisien serta dapat mengoptimalkan penggunaan pelat <em>semi precast </em>sebagai komponen bekisting sekaligus sebagai komponen elemen struktural lantai bangunan gedung dan dapat diaplikasikan pelaksanaannya pada pekerjaan swakelola oleh masyarakat.</p><p>Penelitian dilakukan pada rumah di Jalan Prambanan Timur II Semarang dengan luasan tanah sebesar 247.5 m<sup>2</sup>, luas bangunan 300 m<sup>2</sup>, luas pelat lantai sebesar 129,5 m<sup>2 </sup>dan pelat tandon air sebesar 13 m<sup>2</sup>. Dari hasil analisis total biaya pembangunan rumah tinggal dengan metode <em>c</em><em>ast </em><em>i</em><em>n situ</em> adalah Rp 1.348.511.161,00 dan dengan metode <em>c</em><em>ast </em><em>i</em><em>n situ</em> adalah Rp 1.286.646.693,00. Dari hasil tersebut nampak bahwa menggunakan metode <em>s</em><em>emi </em><em>p</em><em>recast </em>selisih atau lebih murah sebesar Rp 61.864.468,00 atau sebesar 4,59 %. Dari hasil analisis kurva S pembangunan rumah tinggal tersebut dengan menggunakan metode <em>cast in situ</em> membutuhkan waktu 48 minggu, sedangkandengan menggunakan sistem <em>semi precast</em> membutuhkan waktu 42 minggu. Dari hasil tersebut nampak bahwa menggunakan metode <em>s</em><em>emi </em><em>p</em><em>recast</em> selisih atau lebih cepat 6 minggu atau sebesar 12,5%. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dari segi biaya dan waktu, metode pelaksanaan dan cara perancangan pelat semi precast lebih efisien daripada metode pelat cast in situ dan dapat diaplikasikan pelaksanaannya pada pekerjaan swakelola oleh masyarakat. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dari segi biaya dan waktu, metode pelaksanaan dan cara perancangan pelat semi precast lebih efisien daripada metode pelat cast in situ dan dapat diaplikasikan pelaksanaannya pada pekerjaan swakelola oleh masyarakat.</p><p> </p><p>Kata Kunci: pelat lantai, <em>semi precast</em>, Rancancangan Biaya Anggaran, kurva S</p><p><strong><em> </em></strong></p><p><strong><em>Abstract:</em></strong><em> The precast system has been widely used in multi-storey buildings. The use of precast methods with large enough panel sizes becomes inefficient when applied to simple two-story building work. In this study an alternative introduced in the manufacture of floor plates is to use semi-precast method of smaller panels to enable to be removed without the help of heavy equipment.</em></p><p><em>The research has a purpose to find out how much time and cost savings are used by using semi-precast plate compared with using cast in situ system. With the hope of getting a method of implementation and design more efficient way and can optimize the use of semi-precast plates as components of formwork as well as components of structural elements of the building floor and can be applied to the implementation of self-managed work by the community.</em></p><p><em>The study was conducted at the house on Jalan Prambanan Timur II Semarang with a land area of 247.5 m2, a building area of 300 m2, a floor plot area of 129.5 m2 and a water supply plate of 13 m2. From the analysis of total cost of residential development with method of cast in situ is Rp 1.348.511.161,00 and with method of cast in situ is Rp 1.286.646.693,00. From the result it appears that using semi precast method difference or cheaper is Rp 61.864.468,00 or 4.59%. From the residence curve S residence analysis using cast in situ method takes 48 weeks, sedangkandengan using semi precast system takes 42 weeks. From the results it appears that using semi precast method difference or faster 6 weeks or 12.5%. The results of this study indicate that in terms of cost and time, the method of execution and the design of semi-precast plates more efficient than cast in situ plate method and can be applied to the implementation of self-managed work by the community. The results of this study indicate that in terms of cost and time, the method of execution and the design of semi-precast plates more efficient than cast in situ plate method and can be applied to the implementation of self-managed work by the community.</em></p><p><em> </em></p><strong><em>Keywords:</em></strong><em> floor plates, semi precast, Budget Cost Design, S curve</em>
The USM tower consists of 10 floors used as offices, parking and educational facilities with a total height of 48.5 m. Earthquake resistance analysis needs to be carried out on buildings built in earthquake areas. This study uses dynamic analysis with the response spectrum method, aiming to evaluate the structure according to SNI 1726:2012. What is reviewed in this study is the period, base shear, drift, and the level of building performance. The results of the analysis show that the period, base shear, drift and the maximum deviation meet the specified requirements. The USM Tower's performance level is Immediate Occupancy according to ATC-40 regulations.
<p>Indonesia adalah negara yang rawan terjadi bencana alam gempa bumi sebab lokasi Indonesia di pertemuan tiga lempeng (pelat) tektonik yang aktif yaitu lempeng Samudra Hindia, Eurasia dan Pasifik. Akibat dari adanya gempa bumi tersebut dapat menyebabkan banyak korban harta benda dan jiwa. Kebanyakan penyebab korban jiwa akibat gempa bumi ini adalah tertimpa reruntuhan bangunan. Kerusakan bangunan tersebut pada umumnya disebabkan oleh faktor desain dan pelaksanaan yang kurang tepat. Penelitian yang dilakukan mempunyai tujuan untuk membandingkan respons struktur yang terjadi akibat beban gempa pada gedung dengan konfigurasi yang tidak simetris berbentuk T dan L pada modelmassaterpusat terhadap modelmassatersebar. Berdasarkan hasil analisis struktur untuk denah bangunan berbentuk T dan L dengan pemodelanmassayang berbeda maka dapat ditarik kesimpulan bahwa modelmassaterpusat menghasilkan simpangan yang lebih besar dibandingkan modelmassatersebar sehingga akan menghasilkan kondisi yang lebih aman.</p><p>Kata kunci : pemodelan massa; simpangan; gedung; analisis dinamik.</p>
Gedung Pasar Johar Selatan Semarang merupakan proyek pembangunan gedung empat lantai di daerah Purwodinatan Kota Semarang. Semula Gedung Pasar Johar direncanakan menggunakan metode struktur portal biasa (kolom, balok, dan pelat). Penelitian ini memodifikasi menggunakan struktur flat slab. Redesign menggunakan flat slab diharapkan mampu menahan beban gempa dan tetap aman strukturnya. Analisa perhitungan struktur menggunakan program ETABS v.18.1.1. Hasil penelitian menggunakan desain baru menggunakan tebal flat slab atau pelat 250 mm, tinggi drop panel sebesar 150 mm, dengan ukuran kolom 800x800 mm. Nilai displacement menggunakan flat slab masih aman dengan nilai terbesar 30 mm. Simpangan antar lantai arah x dan y masih dibawah nilai ijin sebesar 58,462 mm artinya redesain pasar johar memenuhi syarat. Kestabilan dari efek P-delta struktur masih dalam keadaan stabil karena nilainya dibawah batas stabilitas struktur 0,0909. Torsi tidak terjadi karena nilai story drift inelastic dibagi dengan simpangan antar lantai dibawah 1,2 dan 1,4.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.