The residents of the Eastern part of Indonesia, specifically, Papua and West Papua provinces, are dependent on traditional medicines with the use of plants, which includes treating malaria. However, there are limited information on the diversity of medicinal plants in Papua Island. Hence, the Indonesian Ministry of Health put together a database of all the natural plant-based raw materials in Indonesia, to address part of the issues encountered as a result of the limited information on the diversity of plants. Based on this background, the aim of the research was to analyze the information on medicinal plants used by the traditional healers in Papua Island based on the results of research on medicinal plants and Jamu (RISTOJA), especially in treating malaria. Data were obtained through ethnomedicine research conducted in 2012 and 2017 involving 54 ethnicities in Papua. Based on the results, 72 species of medicinal plants from 67 genera and 40 families were used traditionally in treating malaria on Papua Island. The most common medicinal plants used as traditional antimalarial concoction are Alstonia scholaris (L.) R. Br., Carica papaya L., Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees, and Physalis minima L. Similar to other ethnobotany research, the leaves were the most used plant parts in preparing the various traditional concoctions.
Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit menular penting di dunia dan ditetapkan sebagai global emergency oleh World Health Organization (WHO). Indonesia menjadi salah satu negara dengan insidensi tuberkulosis tertinggi di dunia, yaitu peringkat kedua setelah India pada tahun 2015 dengan jumlah penderita mencapai 1.020.000 jiwa. Penelitian Ristoja 2012 telah menghasilkan data yang besar terkait tanaman obat dan manfaatnya untuk beberapa gejala penyakit. Data hasil Ristoja memuat daftar tumbuhan dan khasiatnya, salah satunya adalah untuk pengobatan tuberkulosis. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan tumbuhan obat yang memiliki potensi anti tuberkulosis berdasarkan data Penelitian Ristoja 2012. Penelitian menggunakan 29 sampel tumbuhan tunggal dan 15 ramuan yang dari data Ristoja 2012 merupakan tumbuhan untuk TBC berdasarkan informasi penyehat tradisonal. Uji kepekaan dilakukan menggunakan metode proporsi agar pada media LJ Modified Agar. Sampel tumbuhan yang telah berbentuk simplisia diserbuk selanjutnya dibuat dalam bentuk infusa dan ekstrak air. Selanjutnya infusa dan ekstrak air diujikan menggunakan kultur bakteri MTB H37Rv konsentrasi 106 cfu/ ml pada media LJ Modified Agar selama 3 minggu berdasarkan metode yang digunakan Laboratorium TB FK UGM. Konsentrasi infusa dan ekstrak air yang digunakan adalah 50 mg/ ml dan 25 mg/ ml. Hasil menunjukkan pada dosis 50 mg/ ml sebanyak 9 ekstrak tunggal, antara lain Blumea balsamifera, Clausena excavata, Pluchea indica; dan dosis 25 mg/ ml sebanyak 2 ekstrak tunggal yaitu Angiopteris evecta dan Arenga pinnata serta 1 infusa 5% tanaman tunggal yaitu Caesalpinia sappan L. menghambat pertumbuhan bakteri. Dan pada dosis 50 mg/ ml sebanyak satu infus ramuan dan dosis 25 mg/ ml sebanyak dua ekstrak ramuan.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.