This study aimed to examine the risk factors of childhood undernutrition in Indonesia. Determinants of childhood stunting were examined by using the 2013Indonesia Basic Health Research Survey dataset. A total of 76,165 children aged under 5 years were included in this study. The analysis used multivariatemultilevel logistic regression to determine adjusted odds ratios (aORs). The prevalence of stunting in the sample population was 36.7%. The odds of stunting increased significantly among the under-five boys, children living in slum area, and the increase of household member (aOR = 1.11, 95 %CI: 1.06–1.15; 1.09, 95%CI: 1.04–1.15; and 1.03, 95%CI: 1.02–1.04 respectively). The odds of stunting decreased significantly among children whose parents more educated (aOR = 0.87, 95 %CI: 0.83–0.91 and 0.87, 95%CI: 0.83–0.9, respectively), who live in urban area, in a province with higher Gross Domestic Product (GDP) per capita, and in a province with higher ratio of professional health worker per 1,000 population aged 0-4 years (aOR = 0.85, 95%CI: 0.81–0.89; 0.89; 95%CI: 0.79–1.00; and 0.99; 95%CI: 0.99–1.00, respectively). The study found that stunting was resulted from a complex interaction of factors, not only at the individual level, but also at household and community levels. The study findings indicate that interventions should implement multi-level approaches to address various factors from the community to the individual level.

Maluku Province has the third highest average length of schooling (RLS) for women nationally, but the rate of female workers with below normal working hours (part-time workers) is quite high. This study aims to determine the general description of married women age 15-49 years as part-time worker in Maluku and the determinants, also their tendency based on the significant variables using data from the National Labor Force Survey (Sakernas) August 2019. The analytical method used is multinomial logistic regression. The results of the study indicate the variables that significantly affect the part-time worker status of married women of reproductive age are employment status, income, and business field. The status of involuntary part-time worker (underemployed) significantly affected by age, work sector, disability, and the presence of toddlers. The status of voluntary part-time workers significantly affected by regional classification and education. The tendency to become underemployed is highest among those who have incomes below the minimum wage, work in agricultural sector, and work in informal sector. Meanwhile, the tendency to become voluntary part-time workers is highest among those who have incomes below the minimum wage, and work in the agricultural sector. So, policy makers must ensure married women get a decent paid job.

Angka morbiditas dapat digunakan untuk melihat kualitas kesehatan suatu wilayah. Pada tahun 2020 Sulawesi Tenggara mengalami kenaikan angka morbiditas dan angka tersebut didominasi oleh penduduk lansia terutama di daerah perdesaan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kejadian morbiditas lansia di perdesaan Sulawesi Tenggara menggunakan data Susenas KOR 2020 dan metode regresi logistik biner. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa ukuran keluarga, kepemilikan jaminan kesehatan, status merokok, umur, tingkat pendidikan, dan status bekerja berpengaruh signifikan terhadap kejadian morbiditas lansia perdesaan. Lansia perdesaan di keluarga kecil, memiliki jaminan kesehatan, tidak merokok, berusia 70 tahun ke atas, tidak bersekolah atau tidak tamat SD, dan tidak bekerja memiliki kecenderungan yang lebih besar dalam mengalami kejadian morbiditas. Oleh karena itu, diperlukan perhatian secara khusus terkait status kesehatan lansia terutama untuk lansia usia diatas 70 tahun dan tidak memiliki pekerjaan.

Ketidakseimbangan data adalah kondisi ketika data memiliki rasio yang tidak seimbang antara satu kelas dengan kelas lainnya. Ketidakseimbangan data memberikan dampak yang buruk pada hasil klasifikasi dimana kelas minoritas sering disalah klasifikasikan sebagai kelas mayoritas. Salah satu cara untuk menangani ketidakseimbangan data yaitu dengan resampling. Penelitian ini menggunakan regresi logistik biner yang didahului dengan proses resampling. Data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari SDKI tahun 2017. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model dengan SMOTE merupakan model yang paling tepat dalam menangani ketidakseimbangan data pada sikap remaja terhadap keperawanan di Indonesia tahun 2017. Adapun variabel yang berpengaruh signifikan terhadap sikap remaja adalah jenis kelamin, diskusi masalah kesehatan reproduksi dengan teman, penyuluhan kesehatan reproduksi, penggunaan internet dan tingkat pendidikan.

Stunting merupakan permasalahan gizi utama di Indonesia. Salah satu faktor yang memengaruhi stunting adalah faktor ibu. Ibu berperan penting dalam proses tumbuh kembang anak sehingga ibu sangat penting dalam mengatasi masalah gizi pada anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor ibu yang memengaruhi stunting baduta di Kawasan Timur Indonesia (KTI) 2018. Penelitian ini menggunakan data Riskesdas 2018 dengan unit analisis baduta di KTI.  Variabel yang digunakan yaitu pendidikan ibu, status kerja ibu, klasifikasi tempat tinggal, konsumsi tablet tambah darah kehamilan, kunjungan Antenatal-Care (ANC), dan konsumsi minuman beralkohol ibu. Analisis data menggunakan analisis deskriptif dan regresi logistik biner. Hasil analisis menunjukkan terdapat 29,5 persen baduta stunting di KTI. Pendidikan ibu, klasifikasi tempat tinggal, dan kunjungan (ANC) berpengaruh signifikan terhadap stunting baduta di KTI. Kecenderungan baduta stunting lebih besar pada baduta dengan ibu berpendidikan kurang dari SMA (OR=1,225), tinggal di perdesaan (OR=1,165), dan kunjungan ANC kurang dari 4 kali (OR=1,128).