Artikel ini bertujuan untuk mengetahui bentuk prasangka dan sebab prasangka masyarakat Pariaman terhadap enis Tionghoa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif historis dengan informan 15 saksi hidup masa etnis Tionghoa di Pariaman yang dipilih secara purposive sampling. Data penelitian dikumpulkan dengan wawancara dan studi kepustakaan dengan langkah-langkah pengelolahan data kualitatif. Hasil penelitian menunjukan ada tiga bentuk prasangka masyarakat Pariaman adalah stereotip terhadap etnis Tionghoa sebagai pengkhianat bangsa, stereotip sebagai etnis yang culas, pelit dan tamak dalam perdagangan (ekonomi). Sedangkan penyebab prasangka masyarakat Pariaman terhadap etnis Tionghoa diantaranya pengkhianatan pada kependudukan Jepang, persaingan ekonomi dan perbedaan agama serta sosialkulturnya. Apabila seseorang memiliki prasangka terhadap suku, etnis dan agama tertentu maka tidak akan tercipta komunikasi lintas budaya yang efektif. Mengatasi hal tersebut beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh suatu masyarakat untuk meminimalisir prasangka terhadap kelompok masyarakat yang berbeda suku, etnik dan agama adalah dengan tidak menilai seseorang berdasarkan prasangka yang dimilkinya, menciptakan komunikasi antar budaya yang efektif dan keterbukaan dalam menerima perbedaan.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh kenduri Sudah Tuai sudah jarang dilakukan, dimana kenduri Sudah Tuai tidak lagi dilaksanakan rutin setiap tahunnya. Terkadang kenduri dilakukan 2 atau 21/2 tahun sekali. Tujuan penelitian ini Untuk mengetaahui Nilai Moral dan sosial dalam penyelenggaraan Kenduri Sudah Tuai Pada Masyarakat Desa Kumun Mudik, mengidentifikasi peran pemangku adat dalam penyelenggaraan Kenduri Sudah Tuai. Jenis penelitian ini adalah Kualitatif dengan metode Deskriptif. Penetapan informan dilakukan dengan purposive sampling. Jenis data terdiri dari data primer dan sekunder, dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Uji keabsahan data menggunakan perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan dan tringulasi. Teknik analisis data melalui reduksi data, penyajian data dan mengambil kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa upacara Kenduri Sudah Tuai yang di laksanakan oleh masyarakat Desa kumun dari dulu sampai sekarang ini bertujuan untuk bersyukur kepada alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya kepada masyarakat, baik nikmat umur, dan rezeki. Peran pemangku adat sangat penting dalam acara Kenduri Tuai yang telah senantiasa mengajak anak laki-laki dan perempuan ikut serta berpartisipasi diacara kenduri tersebut. masyarakat kumun mudik sampai saat ini masih mempertahankan tradisi Kenduri Sudah Tuai, di dalam tradisi tersebut terkandung nilai sejarah masa lalu, nilai kebersamaan dan memupuk sikap hormat-menghormati antar warga. Kenduri Sudah Tuai Masyarakat dalam wilayah Depati IV (empat) Batu Gong Tanah Kurnia dapat dilaksanakan setiap tahunnya sebagai kearifan lokal. Selanjut nya tradisi kenduri tuai tetap terjaga dan di wariskan kepada generasi muda.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dampak penggunaan smartphone terhadap pendidikan pada remaja. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif yang membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Penelitian ini dilakukan di Koto Duku Kelurahan Koto Lalang, Kota Padang. Informan penelitian yaitu remaja pengguna smartphone. Teknik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik reduksi data, penyajian data dan verifikasi data. Uji keabsahan data melalui teknik triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak penggunaan smartphone terhadap pendidikan terbagi atas dua yaitu dampak negatif dan dampak positif penggunaan smartphone terhadap pendidikan pada remaja. Dampak negatif penggunaan smartphone pada remaja yaitu remaja menghabiskan waktunya hanya bermain smartphone, remaja menjadi lalai dengan tugas sekolahnya, remaja menjadi tidak fokus dalam belajar, terjadinya penurunan prestasi pada remaja, dan remaja menjadi konsumtif dalam penggunaan smartphone. Dampak positif penggunaan smartphone pada remaja yaitu memudahkan remaja dalam mencari informasi terkait dengan tugas sekolah dan memudahkan remaja berkomunikasi dengan guru dan sesama remaja.
Tradisi uang jaminan berlaku bagi pengantin laki-laki yang berasal dari luar kecamatan, kota/kabupaten dan provinsi di Jambi kepada pihak perempuan. Namun tidak semua pengantin laki-laki memiliki ekonomi yang mapan serta ditambah biaya pesta yang cukup besar. Hal tersebut menjadi penghambat bagi kedua pengantin untuk melangsungkan perkawinan. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan tradisi uang jaminan dalam adat perkawinan di Desa Paling Serumpun Kota Sungai Penuh Kerinci. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik Pengumpulan Data penelitian melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pemberian uang jaminann dalam adat perkawinan di Desa Paling Serumpun Kota Sungai Penuh Kerinci dilakukan secara bajenjing naek batakaoh turang melalui beberapa tahapan. Adapun makna dalam tradisi uang jaminan dalam adat perkawinan di Desa Paling Serumpun Kota Sungai Penuh Kerinci yaitu sebagai bentuk dari laki-laki menyakinkan taganai dalam menikahi anak keponakan perempuannya, penghargaan terhadap perempuan didalam adat setempat, pegangan atau biaya dalam menyelesaikan masalah dan tanggung jawab laki-laki terhadap taganai.
Land is a society's potent symbol of wealth, social power, and culture. A long time ago, when extensive jungles and forests still abounded, there were probably no serious conflicts over land ownership. Groups were free to roam about and to open up land to extend their farming area in accordance to their needs. Groups in society marked the land they had cultivated to proclaim their ownership. These marks could be very simple and could simply be a tree, a big stone, or a piece of iron hammered into the soil, or they used the physical condition of the land itself such as rivers, lakes, hills etcetera as borders to distinguish their land from that of others. Minangkabau traditional society never recorded these borders in writing on paper, leaves, or stones or any other means as many peoples in other parts of the world do. Rather, they deemed it sufficient to use natural symbols to demarcate the important agreements they had made between them orally.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.