Memperhatikan pola makan sehari-hari mampu meminimalisir risiko terjadinya penyakit, salah satunya hipertensi. Penelitian ini dilakukan pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Dungaliyo Kabupaten Gorontalo. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh pola makan terhadap kejadian hipertensi. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh penderita hipertensi yang tercatat pada tahun 2018 di wilayah kerja Puskesmas Dungaliyo dengan jumlah 192 orang. Sampel diperoleh sebanyak 66 orang yang diambil menggunakan teknik purposive sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 24 responden (36,4%) dengan pola makan buruk, 20 responden (30,3%) mengalami pre-hipertensi, 13 responden (19,7%) mengalami hipertensi tingkat I dan 7 responden (10,6%) mengalami hipertensi tingkat II. Terdapat pengaruh pola makan terhadap kejadian hipertensi (p=0,000) di wilayah kerja Puskesmas Dungaliyo Kabupaten Gorontalo. Disarankan masyarakat agar kiranya dapat lebih memperhatikan pola makan yang sehat sehingga bisa meminimalisir risiko hipertensi.
Ibu hamil merupakan salah satu kelompok berisiko tinggi terhadap masalah gizi terutama anemia defisiensi besi, karena kebutuhan zat besi (Fe) meningkat secara signifikan selama kehamilan. Salah satu faktor penyebab masih tingginya anemia defisiensi besi pada ibu hamil adalah rendahnya kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe. Penelitian ini dilakukan pada ibu hamil risiko tinggi di wilayah kerja Puskesmas Bongo Nol Kabupaten Boalemo. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi zat besi dengan kejadian anemia. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh ibu hamil yang datang memeriksakan kehamilannya dan memperoleh tablet Fe di Wilayah Kerja Puskesmas Bongo Nol Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo yang berjumlah 99 orang. Sampel diperoleh sebanyak 56 orang yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Data dikumpulkan melalui metode wawancara dengan instrumen berupa lembar observasi. Analisis data menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar ibu hamil tidak patuh dalam mengkonsumsi zat besi yakni berjumlah 35 orang (62,50%), kejadian anemia pada ibu hamil berjumlah 36 orang (64,29%), dan terdapat hubungan yang signifikan antara kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi zat besi dengan kejadian anemia (p=0,044). Disarankan kepada pihak puskesmas dan tenaga kesehatan agar mengoptimalkan kegiatan sosialisasi tentang pentingnya konsumsi zat besi pada ibu hamil risiko tinggi.
Umur 0-5 tahun masa keemasan yang penting bagi fisik anak. Asupan gizi sangat penting untuk menghindari gangguan kesehatan yang serius bagi balita, seperti gizi buruk. Pemberian PMT bertujuan untuk meningkatkan asupan gizi bagi anak balita. Rumusan masalah: apakah pemberian PMT modifikasi dan PMT biskuit efektif untuk meningkatkan status gizi balita gizi kurang. Tujuan penelitian: untuk mengetahui efektivitas pemberian PMT modifikasi dan PMT biskuit terhadap peningkatan status gizi balita gizi kurang.Jenis penelitian: Pra Eksperimen design dengan rancangan pretest-postest desain. Populasi balita usia 12-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Paguyaman Kabupaten Boalemo yang mengalami gizi kurang sebanyak 16 orang balita. Teknik sampel yang digunakan adalah teknik total sampling, responden dibagi dalam 2 kelompok yaitu 8 balita pada kelompok PMT modifikasi dan dan 8 balita pada kelompok PMT biskuit. Analisis data menggunakan paired sampel t-test dengan terlebih dahulu melakukan uji normalitas data.Hasil penelitian: sebelum intervensi, seluruh balita mengalami gizi kurang dengan rata-rata berat badan pada kelompok PMT modifikasi 8,438 kg ± 1,1451 dan pada kelompok PMT biskuit 8,725 kg ± 1,2303. Sesudah intervensi, terjadi peningkatan berat badan rata-rata balita pada kelompok PMT Modifikasi menjadi 9,088 kg ± 1,1740 dan kelompok PMT biskuit 9,125 kg ± 1,1913. Hasil analisis didapatkan pada kelompok PMT modifikasi, t hitung = 19,858 dan ρ = 0,000 serta kelompok PMT biskuit, t hitung = 14,967 dan ρ = 0,000. Analisis uji beda mendapatkan nilai t hitung = 5,916 dan nilai ρ = 0,000Kesimpulan : PMT modifikasi dan PMT biskuit efektif terhadap peningkatan status gizi balita gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Paguyaman Kabupaten Boalemo. PMT modifikasi lebih efektif dibandingkan pemberian PMT biskuit terhadap peningkatan status gizi balita gizi kurang. Diharapkan kepada orang tua balita agar terus memperhatikan dan memberikan asupan makanan bergizi tinggi kepada anak balita.
Menarche adalah haid yang pertama kali dialami oleh setiap remaja putri yang sudah memasuk masa pubertas. Setiap remaja putri memiliki usia menarche yang berbeda-beda, hal ini bisa dipengaruhi oleh faktor keturunan, faktor gizi, dan kesehatan umum lainnya. Kebaruan penelitian ini karena meneliti tentang hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan usia menarche pada remaja putri di MTs Negeri 3 Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh dengan usia menarche pada remaja putri di MTs Negeri 3 Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan observasional menggunakan desain Cross Sectional, pengumpulan data menggunakan lembar observasi, analisis data menggunakan uji non parametrik dengan analisis spearman rank. Hasil penelitian yaitu siswi yang memiliki usia menarche normal terdapat 70 responden (56,5%) dan yang memiliki usai menarche lambat terdapat 54 reponden (43,5%), dengan rata-rata indeks massa tubuh yaitu 19,65. Hubungan indeks massa tubuh dan usia menarche diperoleh dengan nilai koofisien korelasi sebesar -0,622 dengan nilai p-value 0,000 ≤ α = 0,05. Simpulan terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan usia menarche pada remaja putri di MTs Negeri 3 Kabupaten Gorontalo. Kata Kunci : IMT; Usia Menarche; Remaja Putri. Abstract Menarche is the first menstruation experienced by every teenage girl who has begun puberty. Every young woman has a different age of menarche; this can be influenced by heredity, nutritional factors, anf other general health. The novelty of this study is because it examines the relationship between Body Mass Index (BMI) and menarche age in young women in MTs Negeri 3, Gorontalo Regency. This study answered the question of whether there is a relationship between body mass index (BMI) and age of menarche in adolescent girls at MTs Negeri 3 Gorontalo Regency. This research is quantitative research with an observational approach using a cross sectional design, data collection using observation sheets, and data analysis using a non-parametric test with spearman rank analysis. The results of the study show that students who had normal menarche age were 70 respondents (56.5%), and those who had late menarche were 54 respondents (43.5%), followed by an average body mass index of 19.65. The relationship between body mass index and age of menarche was obtained with a correlation coefficient of -0.622 with a p-value of 0.000—0.05. The conclusion is that there is a relationship between body mass index and age of menarche in adolescent girls at MTs negeri 3 Gorontalo Regency. Keywords: BMI; Age of Menarche; Adolescent Girl.
Seseorang yang mengkonsumsi rokok memiliki kadar volume oksigen maksimal yang lebih rendah dibandingkan dengan seseorang yang bukan perokok. Penelitian ini dilakukan pada atlet Persatuan Bulutangkis (PB) Al-Fath Kota Gorontalo. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui korelasi antara konsumsi rokok dengan tingkat kebugaran jasmani pada atlet bulutangkis. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh atlet bulutangkis PB Al-Fath Kota Gorontalo yang berjumlah 40 orang. Sampel diperoleh sebanyak 30 orang yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dan Balke Test. Analisis data menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata usia pertama kali mereka merokok paling banyak terdapat pada usia 17-20 tahun sebanyak 16 orang (53,3%) dengan jumlah konsumsi rokok perhari paling banyak mencapai lebih dari 21 batang sebanyak 15 orang (50%). Dari jumlah seluruh atlet PB Al-Fath yang diteliti sebanyak 30 atlet, hanya 3 atlet (10%) yang memiliki rentang skor yang sangat baik dan sebanyak 27 atlet (90%) memiliki rentang skor dengan nilai kurang baik (memiliki tingkat kebugaran jasmani yang kurang baik). Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.001 (p0.05) dan r=0.577, artinya ada korelasi yang signifikan antara konsumsi rokok dengan tingkat kebugaran jasmani. Disarankan para atlet bisa mengurangi konsumsi rokok dan bagi pengurus PB Al-Fath agar lebih bisa mengawasi para atlet.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.